Selasa, 29 April 2014

Amplop

http://www.daeindologistics.com/ImageArtikel/Bolehkah%20Wartawan%20Terima%20Amplop.jpg
Akhir-akhir ini, bu Kusnadi paling senang melihat amplop. sebab amplop yang dibawa pulang suaminya selalu identik dengan rezeki. Berkat amplop, kasur yang keras bisa diganti dengan yang empuk. Berkat amplop pula alat-alat dapur jadi lengkap dan bermerk. Masih karena amplop, bu Kus panggilan akrab bu Kusnadi sekarang tidak minder lagi bila kumpul dengan rekan-rekan arisannya sekompleks. Ya, syukur kepada amplop lah !.

Seingatnya, pak Kus sering membawa pulang amplop semenjak diangkat jadi kepala sekolah. Sebelumnya, hampir lima belass tahun jabatan suami tersayangnya itu hanya sebagai guru biasa, mengajar bahasa Inggris di SMA itu. Amplop yang dibawa pulang adalah amplop gaji bulanan semata. Penghasilan sampingan dari memberi les, Itu pun jumlahnya tidak banyak. Tapi sejak jadi kepala sekolah, ada saja para orang tua murid yang "Bermurah Hati" memberi amplop. Tetapi umumnya selalu di embel-embeli dengan pesan: Tolong anak saya diperhatikan ya, pak !

"Bu, apa Bapak tidak takut di PHK ? siapa tahu ada yang lapor pada pemilik yayasan," ujar Jodi, anak tunggal Bu Kus yang sedang di rumah karena libur semesteran. Ia kuliah di Jawa Tengah di Fakultas Kedokteran sebuah PTS bergengsi. Tubuhnya tinggi dan kurus, berkaca minus dan berpenampilan low profile. 

"Bapakmu tidak bodoh, Jod." Sahut Bu Kus sambil lalu.
"Hanya dua atau tiga guru yang tahu. Mereka tidak mungkin membocorkan rahasia karena ikut makan hasilnya."
"KKN ?"
"Apa pun sebutanmu, yang penting amplop!"

Bu kus jadi kurang berkosentrasi membaca. Jodi bawel amat pagi ini. Main kritik lagi. Tidak tahukan bahwa biaya kuliahnya kini telah memeras orang tua?

"Perilaku semaca itu nggak baik, bu Melanggar ajaran Tuhan . . . "
"Cukup, Anak Baru Gede !" penggal Bu Kus tersinggung.
"Kau memang pintar berteori tapi kenyataan hidup ? Hanya seujung kuku yang kau tahu !"
"Lo, Kok ibu bicaranya begitu ?"
"Kau sendiri ngomong seenak perutmu. Sekarang dengar, ya. Ibu akan jelaskan. . . ."Bu Kus mengatur napas sebentar," Uang bulananmu saja menghasilkan separo gaji murni bapakmu. Sisanya tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup kita sehari-hari. Untuk belanja, bayar tagihan listrik, telepon, air. . . tanpa amplop-amplop itu kita bisa apa? Kepala ibu bisa pecah kalau tidak ada mereka!"

Bu Kus membanting majalahnya. Ditinggalkannya Jodi sendirian di ruang tamu. Mending ke pasar, belanja untuk hari ini, pikirnya menghibur diri.
Amplop datang lagi. Dari wali murid kelas 2, minta anaknya dicarikan guru les. Nilai raport semester pertamanya amat kurang. Pak kus dan ibu menyambutnya dengan ramah. Jodi tak berani adu argumen lagi. Biaya kuliahnya memang tidak sedikit minta orang tua hidup sederhana juga sia-sia. Malah kena semprot bundanya seperti yang sudah-sudah. Ia hanya punya tekad teguh ; Belajar dengan tekun dan bersungguh-sungguh agar cepat lulus. Cepat jadi dokter yang hebat lagi jujur tak seperti bapaknya yang doyan suap.

Seorang pengusaha rotan berani memberi cek mana kala anak sulungnya terancam dikeluarkan dari sekolah. Anak itu kedapatan hamil oleh petugas UKS. Peraturan SMA itu sudah jelas. Jika selama masa studi ada yang "Kebobolan", siswa tersebut harus mengundurkan diri demi menjaga nama baik sekolah dan seluruh komponennya.

"Nama baik sekolah ?" bantah Pak Kus, ketika diadakan rapat guru, Membicarakan anak itu. "Mana yang lebih penting, dua nyawa melayang sekaligus, atau nama baik sekolah yang bisa diupayakan dengan banyak cara ?" Soalnya anak itu mengancam bunuh diri bila dikeluarkan dari sekolah sebelum mengikuti UAN.
"Lagipula, anak itu juga telah dinikahkan !" Terdengar dukungan dari antek-antek Pak Kus, "Jadi statusnya jelas, yaitu ia kini sebagai seorang istri." Jelasnya lagi.
"Saya setuju anak itu diberi kesempatan," tambah kroni Pak Kus yang lain, "UAN tinggal dua minggu lagi. Kandungannya  pasti belum nampak besar. Kita pertimbangkan sisi manusiawinya saja."

Debat berhasil dimenangkan kubu Pak Kus. Anak pengusaha rotan yang salah gaul itu tak jadi dikeluarkan. Ia diizinkan mengikuti UAN. 

Rupanya si pengusa rotan keranjingan main amplop. Beberapa waktu kemudian ia datang lagi, mintap pada pak Kus agar anak bungsunya dijadikan juara pertama untuk kenaikan kelas nanti.
"Bisa kan, Pak Kus ? orang semester kemarin saja anak saya sudah rangking dua. Tentu bukan hal yang sulit bapak untuk menjadikannya rangking pertama."
"Anak Bapak bernama Astuti . . ." dahi Pak Kus berkerut !
"Ya benar !" sambut pengusaha rotan antusias. "Astuti Setyorini Nawangsih, Kelas 2A Nomor absen 19. Pak kus menarik napas. "Ya bisa saja," katanya menjajikan "Itu bisa diatur". Di benak pak Kus sudah dirancang satu rencana. Permainan nilai bahasa inggris. Anak itu, yang bernama Astuti Setyorini Nawangsih, harus diberi nilai sembilan sedangkan rivalnya yang bernama Pertiwi cukup diberi nilai enam. Ya tinggal menghubungi si Karyo saja.

"Oke Pak! kalau begitu saya permisi. Dan ini. . . . " Pengusaha rotan menyerahkan amplop sebelum pergi "Buat jalan-jalan ke luar negeri sama Ibu"
Pak kus menahan napas. "Jalan-jalan keluar negeri ? Siapa tolak?"

Pak karyo adalah tangan kanan pak kus yang cepat tanggap dengan penejelasan bosnya. Sebulan  sebelum kenaikan kelas kelas, ia begitu sensitif memberi ulangan pada anak-anak baik lisan maupun tulisan. Jika lisan astuti diberi soal yang mudah-mudah. Sebaliknya, pertiwi diberi soal yang maha sulit sehingga tak mampu menjawab dengan benar.

Hari yang ditunggu telah tiba. Skenario mereka berjalan mulus. Astuti berhasil menduduki peringkat pertama sedangkan pertiwi peringkat kedua. Sorak sorai buat Pak kus dan kawan kawan, tangis duka bagi pertiwi yang mengandalkan beasiswa untuk kelangsungan studinya.

"Tenang wik. Aku akan melakukan sesuatu untuk menolongmu," janji Astuti pada dirinya sendiri.

Keesokan harinya di meja makan, Astuti protes kepada papanya. "Kenapa papa menyuap pak kus? Jangan dikira astuti senang dengan gelar konyol ini. Papa ngerti nggak? juara pertama tapi hasil rekayasa. . . .  apa istimewanya?"
"Kau ini bicara apa?" tanggap pengusaha rotan dengan nada datar. "Pagi-pagi sudah ngomong ngawur. Ada apa sih?"
"Maksud kamu apa sih?"
"Ah, papa jangan bersikap begitu deh, pura-pura nggak ngerti. Teman-teman Astuti juga tahu. Pak karyo tidak adil memberi nilai bahasa inggris pada pertiwi. Dan astuti yakin banget, siapa guru matre itu. Dia ajudannya pak kus, kan? dan pak kus melakukannya atas amplop dari papa?!"

Pengusaha rotan itu berhenti mengunyah roti tawar di mulutnya. Tajam sekali analisis anak ini. Pintar seperti aku dan baik serta jujur seperti almarhum mamanya. Tidak seperti kakanya yang bebal dan kurang didikan itu!

"Astuti malu sama teman-teman, Pa"
"Ah yang penting hitam diatas putih, kaulah juaranya"
"Walaupun hasil main curang?"
"Hasil main uang, sayang . . ."
Gantian Astuti yang berhenti mengunyah
"Papa. Apa maksudnya?"
"Di dunia ini, uanglah yang berkuasa," jelas pengusaha rotan "Kehormatan, kedudukan, pangkat. . . . semuanya bisa diatur dengan uang!"
Astuti menggeleng. "Nggak ah! Astuti nggak setuju sama teori papa. yang jelas, kita sudah merugikan pertiwi. Kasihan dia. Beasiswa itu amat berarti baginya"
"Prestasimu juga sangat berarti bagi papa." Pengusaha rotan tak mau mengalah. "Setelah perbuatan kakakmu mencoreng muka papa, biarlah kamu yang jadi penyeimbangnya. Mengerti ?"
"Tapi, pa. . . ."
"Sudah, jangan debat omongan papa lagi! papa mau berangkat ke kantor." Pengusaha rotan meninggalkan meja makan setelah mencium sekilas kening putri kesayangannya itu. Sedangkan Astuti meratap pelan," Mama. . . . andai saja penyakit laknat itu tidak merenggut nyawa mama. . . . keluarga tak akan begini jadinya."

Untuk kesekian kalinya pak kus menyerahkan amplop pada bu Kus. kening, wanita bertubuh semampai itu tampak berlipat melihat amplop ada tulisannya. "O, undangan makan malam," ujarnya setelah membaca secarik kertas dari dalam amplop itu. " Dari pemilik yayasan . . . pukul tujuh tepat. Wah, rumahnya di kawasan elit ini!

Hanya helaan napas yang terdengar. Berat dan panjang. Pak Kus gelisah sejak tadi. Perasaannya campur aduk. jangan- jangan pemilik yayasan tahu kalau dirinya suka menerima amplop dari orang tua murid. Jangan-jangan pemilik yayasan akan menegurnya, mencopot jabatannya. . . bahkan tak mustahil memecatnya ! sebab orang nomor satu di sekolah terkenal tegas, disiplin, dan mengagungkan kejujuran dalam hidupnya. Walaupun kehadiran sosoknya di sekolah amat jaran, hal ini bukanlah rahasia lagi. Tapi soal amplop, informasinya dari siapa? Bukankah baru dua hari yang lalu beliau kembali dari jepang ? Siapakah yang berani mengganggunya?

"Pak, dari tadi ditanya kok diam saja?"
 "Saya lagi mikir, bu. untuk apa pemilik yayasan mengundang kita malam?"
"Ya jelas untuk ramah tamah, dong ! bukankah beliau selama ini nyaris tak pernah muncul di sekolah ? waktu bapak diangkat jadi Kepala Sekolah saja, beliau hanya sempat muncul seperempat jam lalu terbang kembali ke tokyo. Benar, kan?"
Pak kus mengangguk-angguk. Kata-kata bu kus sedikit menenteramkan hatinya.

Sambutan pemilik yayasan dan istri amat melegakan hati pak kus dan ibu. Ramah dan bersahabat. Selama makan malam berlangsung, beliau juga tidak menyinggung-nyinggung soal amplop. So, everything is fine ! sorak pak kus dalam hati.

Selesai makan, pemilik yayasan mengajak santai di ruang tamu. Bu kus membantu istri pemilik yayasan membereskan meja makan. Kebetulan pembantu sedang tidak ada. menurut istri pemilik yayasan, asih pulang ke desa karena ibunya sakit keras. Kanti minta izin pulang karena hendak menghadiri pesta perkawinan adiknya yang paling kecil. Sedangkan sayem diberhentikan karena tidak jujur, mengorup uang belanja selama ditinggal ke luar negeri. "Jadi maaf ya, Bu Kusnadi. kita harus repot begini," ujar istri pemilik yayasan dengan tutur katanya yang lembut sopan dan tenang.

Di ruang tamu, Pak kus terlibat basa basi dengan pemilik Yayasan. Ia menolak ketika ditawari rokok. "Maaf, pak. Nyuwun sewu, saya tidak merokok."
Pemilik Yayasan mengganguk dan tersenyum. "Salah satu kelemahan saya adalah mentaati tata cara hidup sehat." kata beliau jujur.
Sebaris asap melayang di udara. Dalam hati pak kus sempat mengejek. Ah, cuma asap yang tidak beraturan. Saya bisa membentuk asap jadi barisan lingkaran yang spektakuler !
Hening sejenak.

"Pak kus punya siswi yang bernama Astuti?"
Jantung pak kus nyaris copot mendengar pertanyaan pemilik Yayasan yang terdengar begitu tiba-tiba. "As. . .titi, Pak?" ucapannya tak lancar.
"Ya, Astuti Setyorini Nawangsih," Pemilik yayasan memperjelas kata katanya.

Pak kus jadi begitu sibuk mengatur detak jantungnya. Tak satu pun ucapan yang keluar dari bibirnya yang gemetaran. Mengapa dia menanyakan Astuti ? Apa hubungannya dengan anak Pengusaha Rotan itu ?
"Dia anak bungsu adi saya, pengusaha rotan yang konyol itu," Kata pemilik yayasan, seolah tahu apa yang ada dipikiran lawan bicaranya. "Astuti mengadu pada saya, Papanya gemar kirim amplop ke sekolah kita !"

Pak kus semakin terpuruk. Jangankan berusaha bela diri, sekedar berkelit pun tak bisa. Rupanya kesempatan itu digunakan pemilik yayasan untuk menuntaskan apa yang hendak disampaikan sejak kemarin.
"Sekolah itu saya dirikan dengan tujuan yang amat jelas, mencetak generasi penerus bangsa yang cerdas, berbudi, dan cinta tanah air. Generasi penerus bangsa yang tangguh. Berani benar adik saya itu main sogok ! ketika saya damprat, ia mengejek saya, salah sendiri tidak memiliki anak buah yang jujur. Saya malu, Pak kus. Rupanya anda telah terkenal gampang menerima suap!"

Hanya terdengar tarikan dan hembusan napas.
Bu kus dan istri pemilik yayasan muncul untuk bergabung.
"Mari kita pulang, Pak !" ajak bu kus tanpa memperhatikan suasana yang mencekam. "Nanti kemalaman." dalam benak bu kus tersusun rencana muluk. Ingin punya cincin berlian seperti yang dipakai istri pemilik yayasan. Ruang olahraga, dan segudang keinginan lainnya yang di ilhami oleh kepunyaan istri pemilik Yayasan.
"Saya. . . . saya minta maaf, pak?" kata Pak Kus setelah mengumpulkan segenap kekuatannya. Suaranya lirih nyaris tak terdengar. Pemilik yayasan hanya mengangguk-anggukan kepalanya. Lalu katanya pada sang istri, "Bu tolong ambilkan amplop yang tadi sudah saya siapkan."
"Di laci meja kerja bapak?"
"Ya, benar."
"Baik pak, tunggu sebentar!"

Bu kus memandang pak kus. amplop berkat lagi ini. Berlian, alat olahraga. . .tapi kenapa wajah suaminya itu sangat pucat ?
"Ini buat pak kus," ujar pemilik yayasan setelah menerima amplop coklat dari tangan istrinya. Di sodorkannya di meja sambil mengatakan," Tahun depan, saya ingin pertiwilah yang jadi juara pertama, seperti seharusnya. Kasihan anak buruh pabrik yang pintar itu."

Bu kus segera merebut amplop ketika mereka telah berada dalam mobil. "Lucu sekali," katanya riang bercampur heran. "Pemilik yayasan ikutan main amplop supaya seorang anak dijadikan juara pertama. Dunia sudah gila rupanya.

Pak kus mengerem mobil secara mendadak. Nyaris menabrak anak kecil yang belajar bersepeda di ujung kompleks. Pikirannya begitu kusut. Ini pasti akhir dari karierku sebagai kepala sekolah. Akhir dari profesiku sebagai guru."
"Hati-hati dong, pak! protes Bu Kus sembari membuka amplop. Isinya segepok uang seratus ribuan dan selembar surat. "Ya, ampun ! banyak amat. dan surat ini . . ."
Pak kus menyandarkan kepalanya ke belakang, ke kursi mobil yang didudukinya.
"Ini. . .ini. . ." Wajah bu kus memucat, membaca isi surat itu. "Pemutusan Hubungan Kerja. . ."
Pak kus menelan ludah."Ya, itu amplop terakhir kita, Bu. Sungguh yang terakhir!"

Kepala bu kus terkulai di bahu Pak kus.
"Bu, bangun, bu ! bu. . .!"

Senin, 28 April 2014

Bapak, Mengapa Aku Berbeda ?

http://safasc.files.wordpress.com/2010/11/ayah-dan-anak2.jpg
Memang aku tergolong keluarga yang miskin, bapakku adalah seorang buruh, ibuku adalah tukang cuci pakaian. Walaupun kami serba kekurangan, keluarga kami tetap penuh dengan kasih sayang. Tetapi Alhamdulillah kita tidak pernah mengalami apa yang namanya kelaparan, karena ibukku pintar mengatur uang.

"Bapak.!"
"Iya, nak ?"
"Dede, pergi ke sekolah dulu, ya"
"Iya, nak. Hati-hati ya ?"

Aku pergi ke sekolah biasa dengan berjalan kaki, karena bekalku tidak cukup untuk naik kendaraan umum. Aku tetap menikmatinya, siapa yang tidak suka berjalan di pagi hari dengan udara sejuk pedesaan. Ku menyusuri setiap jalan dengan pemandangan sawah yang membentang luas berwarna hijau. Gemercik air selokan membuat damainya suasana di desaku. Jarak rumah ke sekolah SD ku kira kira 1 Km. Memang jarak yang tidak dekat, tapi biasa berangkat jam 5 Shubuh.

Jam Setengah tujuh aku biasa masuk sekolah, tapi Alhamdulillah aku jarang terlambat. Ku nikmati hari hari ku di sekolah bermain bersama teman, belajar bersama teman. Ku mendapat banyak pengalaman di sekolah. Sampai saat ini aku tidak pernah bosan apa yang dinamakan belajar, teman temanku biasanya sering menghabiskan bekalnya untuk jajan di kantin, tapi aku berbeda aku selalu menyisakan uangku untuk ditabungkan agar aku bisa membeli sepeda. Aku tau ayahku tak mampu membeli sepeda baru.

Jam 11 siang, bel pulang berbunyi, ku mengemasi peralatan sekolahku ku mengeceknya lagi sampai tak ada yang ketinggalan. Seperti biasa pulang pergi aku selalu menyusuri jalan yang telah aku lewati sebelumnya. Walaupun sekarang udara dari sejuk berubah menjadi panas.

Sesampainya di rumah aku selalu membantu Ibuku menyiapkan makanan untuk kita semua. 
"Nak ?"
"Iya, bu."
"Suruh bapakmu makan dulu"
"Iya. bu" aku segera pergi untuk memanggil bapakku yang sedang bekerja
"Pak, makan dulu, itu makanan sudah siap"
"Iya, nanti bapak kesana"

Kita selalu makan bersama ditengah terangnya lilin, maklum listrik kami sudah dicabut minggu lalu, tapi kami sekeluarga tetap menikmatinya.
Aku ingat pesan ibu guruku, bahwa semua siswa harus memakai pakaian khusus untuk memperingati Hari kartini. Aku bergegas memilih baju yang akan aku kenakan besok. Tapi aku sekalipun tidak pernah mempunyai baju yang spesial, bajuku semuanya sudah jelek dan robek. Aku meminta ke Bapaku apakah aku bisa mempunyai baju spesial besok. Bapaku menyanggupinya

Aku segera tidur, dan aku tidak sabar untuk bangun pagi esok, dan cepat cepat menunjukan pakaian baruku besok. 
Tapi kali ini aku malah bangun jam 6 pagi. aku langsung bergegas mandi dan menyiapkan buku yang dibawa kali ini. Aku langsung memakai baju baru yang sudah disiapkan oleh ibu untuk memperingati hari Kartini. 

"Nak, ayo ! bapak antar"
"Ayo, pak"

Sesampainya di sekolah, aku terheran. Mengapa semua teman temanku, memandangku seperti, apakah mungkin gara gara aku pakai baju baru. Ah tidak mungkin, karena ada juga yang menertawaiku, mungkin bajuku ini kuno dan jelek, memang aku berbeda dengan teman temanku yang orang tuanya berkecukupan. Wajahku yang tadi bahagia berubah menjadi sedih. Aku memandang baju yang telah dibuat oleh ayahku. Kini aku sadar kenapa aku ditertawakan oleh teman teman.

"Bapak, mengapa aku berbeda !"
"Beda apa nak."
"Ini bajuku pak"
"Bajumu kenapa ? itu sudah bapak beli susah susah lho"
"Iya,bapak, tapi ini kan Kebaya.. "
"Lho kan katamu, buat memperingati hari Kartini, ya, tak buatin baju kebaya."
"Tapi, aku kan laki laki, bapak."
"alah, ya biarin kan biar beda sama temanmu yang laki laki"
"Ya elah bapak"

oleh : Algifari

Minggu, 27 April 2014

Cerita Humor Koplak Terbaru 2014


Bengkak Digigit Tawon

Seorang pasien yang hidungnya bengkak, mendatangi seorang dokter.

Dokter: "Tawon?"
Pasien: "Betul."
Dokter: "Hinggap dihidung?"
Pasien: "Benar."
Dokter: "Menyengat?"
Pasien: "Belum sempat tawon itu menyengat, sepupuku menghantamnya dengan sapu."

Bejo dan Emak

Bejo : mak..... emak sakit ya???
Emak : iya jo...
Bejo : hmm...kita ke dokter yuk...
Emak : mau bayar pake apa'an....kan duit kita udah tipis jo..
Uhukk...uhukk
Bejo : kita jual si tole(kambing) aja mak..
Emak : tapi kan tuh kambing kesayangan elu....
Bejo : kan bejo lbh sayang emak...
Emak : terserah elu aja dah...
Bejo : ya udah..bejo jual ke pasar ya mak...
Emak : iye...inget ya jo...tuh kmbing bandot..lu jual jutaan...
Jangan mau kalo ditawar murah..sayang....
Bejo : iya mak..bejo juga tau...kn bejo dah capek2 ngerawat...
Kalo gitu bejo pamit ya mak...
*berangkat jual kambing

Tak lama kemudian

bejo : mak...kambing kita laku..jutaan...
Emak : alhamdulillah....
Bejo : pertamanya dia cuma nawar 500rb mak..
Ihh enak aja...kambingnya ditawar murah bnget...kagak bejo kasih...
Emak : bagus tuh jo..emang pembeli jman sekarang maunya murah mulu'...terus... Lu jawab apa wktu dia nawar gitu...
Bejo : bejo bilang...pesan emak kambingnya mesti dihargai jutaan pak...
Gitu mak...
Alhamdulillah....setelah mikir lama...
Akhirnya dia mau juga....harga jutaan..
Bejo : Memang berapa jo dia beli tuh kambing???berapa juta???
Bejo : setengah juta mak...
Hebat kan...sesuai pesan emak..jutaan...gimana???puas mak???
Emak : #*@?&@#*-+???
semaput dadakan
Melawan Arus Jalan Satu Arah

Suatu ketika dalam perjalanan pulang kuliah, seorang mahasiswa salah melewati jalan. Jalan yang dia lewati adalah jalan satu arah. Awalnya dia tidak sadar, namun begitu polisi mendekati dan memintanya untuk menepi, dia baru sadar.

"Selamat siang Mas, Anda telah melanggar lalu lintas," kata polisi.

"Waduh Pak, saya pasti terlambat. Buktinya, orang-orang lain sudah pulang semua tapi saya baru mau berangkat."

Presiden bertanya

Bpk : "Sudah berapa lama jualan kue?"
Ibu : "Sudah hampir 30 tahun.
Bpk : "Terus anak ibu mana, kenapa tidak ada yang bantu?" ...
Ibu : "Anak saya ada 4, yang
ke-1 di KPK,
ke-2 di POLDA,
ke-3 di Kejaksaan dan yang
ke-4 di DPR, jadi mereka sibuk
sekali pak..."

Presiden kemudian
menggeleng-gele -ngkan kepala karena kagum...

Lalu dengan percaya diri Bapak Presiden
berbicara kesemua hadirin yang menyertai beliau, "Meskipun hanya jualan kue, ibu ini bisa menjadikan anaknya sukses dan jujur tidak korupsi...karen -a kalau mereka korupsi,
pasti kehidupan Ibu ini sudah sejahtera dan tinggal dirumah
mewah..."

Lalu sambil mengarahkan mike
yang sedang di pegangnya ,Bapak Presiden kembali
berbicara kepada wanita penjual kue tersebut ...
Bpk : "Apa jabatan anak di POLDA, KPK,KEJAKSAAN dan DPR?"

Lalu dengan polosnya sang wanita penjual kue tersebut itu berkata :"Sama... mereka berjualan kue juga disana ..."

Bpk : *Kejang2


Mobil Yang Mana ?

Seorang sopir pribadi sebuah keluarga mempunyai kebiasaan unik. Dia sering “bercinta” dengan pacarnya yang pembantu, si inem, yang pelayan seksi, di kolong mobil majikannya yang selalu diparkir di samping rumah.

Suatu malam, seperti biasa, dia sedang asyik indehoy dengan sang pembantu di kolong mobil. Baru 15 menit dia “kerja bakti”, ada orang yang menendang kakinya sambil berteriak,
“Parman, sedang apa kamu di situ?”
Si sopir yang bernama Parman sudah hafal betul itu suara majikan perempuannya. Dgn cuek dan mata tetap terpejam si Parman menyahut,

“Sedang betulin mobil, Nya”
Sekali lagi Parman ditendang kakinya, “Apa ? Sedang apa kamu!”
"Ya ampun, Nya! Saya lagi betulin mobil!” jawab Parman tetap konsen dengan kegiatannya.
Tapi lagi-lagi Parman ditendang kakinya. Kali ini sedikit lebih keras. “Kamu bilang lagi ngapain kamu !?”
“Astaga, Nyonya! Saya lagi betulin mobil!!!” Parman menyahut lebih keras nggak mau kalah.
Kata nyonya, “Betulin mobil yang mana ? Orang mobilnya udah dibawa ama bapak 5 menit yang lalu…..!”

Salah Solusi

Seorang dokter baru pulang ke rumah tengah malam, dan mendapati toiletnya mampet. Dia berkata kepada istrinya,

"Bu cepat telpon pak Bejo tukang langganan kita"
"Jam 2 pagi mau telpon tukang? Yang bener aja Pak!"
"Lha emang apa salahnya? Bapak juga sering dipanggil pasien jam segini"
Jadilah si ibu menelpon sang tukang, yang dalam pembicaraannya rada kesel karena mesti datang jam segitu. Si Ibu langsung mengatakan hal yang sama,
"Khan bapak juga sering dipanggil tengah malam gak papa, kenapa pak Bejo marah2?"
Pukul 3:30 sang tukang tiba dengan mata merah. Sang dokter langsung mengantarnya ketoilet yang mampet itu. Si tukang mengambil 2 butir tablet dari sakunya, menjatuhkannya ke dalam toilet dan berkata,
"Kalau tidak ada perubahan, telepon saya nanti siang!"
Mencuri di Bank

Seorang pencuri yang sangat ahli membobol bank dimana keahlian utamanya adalah memecahkan kode rahasia pintu lemari besi. Ia selalu bekerja sendiri tanpa dibantu anak buah atau asistennya. Suatu ketika, ketika ditengah malam memasuki sebuah bank yang baru 1 minggu dibuka.

Sebuah lemari penyimpanan dengan nomor pengaman yang paling canggih berhasil dibukanya. Namun ia sedikit heran, karena disana tidak terdapat uang sama sekali, melainkan cawan-cawan berisikan puding warna susu. Ruangannya pun dingin sekali. Akhirnya ia memutuskan untuk memakan puding-puding tersebut sebelum membuka lemari besi lainnya.

Karena lapar ia habiskan semua puding di lemari besi pertama. Lemari besi kedua berhasil dibuka, kembali ia temukan puding dalam cawan-cawan plastik. Seluruh lemari ada 5 unit, dan kesemuanya berisi puding, dan ia menghabiskan banyak sekali puding. Namun ia dengan kekenyangan pulang kerumah dan masih agak heran, kenapa bank itu tidak menyimpan uang sama sekali.

Atau mereka memang sudah mengetahuinya akan dicuri? “Aah biarlah yang penting aku kenyang” serunya.

Keesokan paginya dengan setengah mengantuk ia terbangun karena suara tukang koran memasukkan kedalam rumahnya melalui celah jendelanya. Sambil terkantuk ia membuka lembaran koran dan terpana melihat Head Line di halaman pertama dengan judul bertuliskan dengan huruf yang besar-besar. “BANK SPERMA KEBOBOLAN!”

Cerita Abu Nawas "Memindahkan Istana Ke Gunung"

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjFX83hdBi7JrdYOhfEbr_Vrohh67H-rxaF5-hmhkgJDzXq_qCI64TQ8XuYAa2SYN_QS7hVNIprBKSz_kXVbUNOIw_Zsvxqjpizt3T4DnUfVKTEvm5JjQrnpNKEB99JyHbYezieinDDFgI/s1600/abunawas3.jpg
Baginda Raja baru saja membaca kitab tentang kehebatan Raja Sulaiman yang mampu memerintahkan, para jin memindahkan singgasana Ratu Bilqis di dekat istananya. Baginda tiba-tiba merasa tertarik. Hatinya mulai tergelitik untuk melakukan hal yang sama. Mendadak beliau ingin istananya dipindahkan ke atas gunung agar bisa lebih leluasa menikmati pemandangan di sekitar. Dan bukankah hal itu tidak mustahil bisa dilakukan karena ada Abu Nawas yang amat cerdik di negerinya.

Tanpa menunggu waktu Abu Nawas segera dipanggil untuk menghadap Baginda Raja Harun Al Rasyid. Setelah Abu Nawas dihadapkan, Baginda bersabda, "Abu Nawas kamu harus memindahkan istanaku ke atas gunung agar aku lebih leluasa melihat negeriku?" tanya Baginda sambil melirik reaksi Abu Nawas.

Abu Nawas tidak langsung menjawab. Ia sedang berpikir sejenak hingga keningnya berkerut. Tidak mungkin menolak perintah Baginda kecuali kalau memang ingin dihukum. Akhirnya Abu Nawas terpaksa menyanggupi proyek raksasa itu. Ada satu lagi, permintaan dari Baginda, pekerjaan itu harus selesai hanya dalam waktu sebulan. Abu Nawas pulang dengan hati masgul.

Di setiap malam ia hanya berteman dengan rembulan dan bintang-bintang. Hari-hari dilewati dengan kegundahan. Tak ada hari yang lebih berat dalam hidup Abu Nawas kecuali hari-hari ini. Tetapi pada hari kesembilan ia tidak lagi merasa gundah gulana. Keesokan harinya Abu Nawas menuju istana. Ia menghadap Baginda untuk membahas pemindahan istana. Dengan senang hati Baginda akan mendengarkan, apa yang diinginkan Abu Nawas.

"Ampun Tuanku, hamba datang ke sini hanya untuk mengajukan usul untuk memperlancar pekerjaan hamba nanti." kata Abu Nawas.
"Apa usul itu?"
"Hamba akan memindahkan istana Paduka yang mulia tepat pada Hari Raya Idul Qurban yang kebetulan hanya kurang dua puluh hari lagi."
"Kalau hanya usulmu, baiklah." kata Baginda.
"Satu lagi Baginda..." Abu Nawas menambahkan.
"Apa lagi?" tanya Baginda.
"Hamba mohon Baginda menyembelih sepuluh ekor sapi yang gemuk untuk dibagikan langsung kepada para fakir miskin." kata Abu Nawas. "Usulmu kuterima." kata Baginda menyetujui. Abu Nawas pulang dengan perasaan riang gembira. Kini tidak ada lagi yang perlu dikhawatirkan. Toh nanti bila waktunya sudah tiba, ia pasti akan dengan mudah memindahkan istana Baginda Raja. Jangankan hanya memindahkan ke puncak gunung, ke dasar samudera pun Abu Nawas sanggup.

Desas-desus mulai tersebar ke seluruh pelosok negeri. Hampir semua orang harap-harap cemas. Tetapi sebagian besar rakyat merasa yakin atas kemampuan Abu Nawas. Karena selama ini Abu Nawas belum pemah gagal melaksanakan tugas-tugas aneh yang dibebankan di atas pundaknya oleh Baginda Raja itu. Namun ada beberapa orang yang meragukan keberhasilan Abu Nawas kali ini. Saat-saat yang dinanti-nantikan tiba. Rakyat berbondong-bondong menuju lapangan untuk melakukan sholat Hari Raya Idul Qurban.

Dan seusai sholat, sepuluh sapi sumbangan Baginda Raja disembelih lalu dimasak kemudian segera dibagikan kepada fakir miskin. Kini giliran Abu Nawas yang harus melaksanakan tugas berat itu. Abu Nawas berjalan menuju istana diikuti oleh rakyat. Sesampai di depan istana Abu Nawas bertanya kepada Baginda Raja, "Ampun Tuanku yang mulia, apakah istana sudah tidak ada orangnya lagi?"

"Tidak ada." jawab Baginda Raja singkat. Kemudian Abu Nawas berjalan beberapa langkah mendekati istana. Ia berdiri sambil memandangi istana. Abu Nawas berdiri mematung seolah-olah ada yang ditunggu. Benar. Baginda Raja akhirnya tidak sabar.

"Abu Nawas, mengapa engkau belum juga mengangkat istanaku?" tanya Baginda Raja.

"Hamba sudah siap sejak tadi Baginda." kata Abu Nawas. "Apa maksudmu engkau sudah siap sejak tadi? Kalau engkau sudah siap. Lalu apa yang engkau tunggu?" tanya Baginda masih diliputi perasaan heran.

"Hamba menunggu istana Paduka yang mulia diangkat oleh seluruh rakyat yang hadir untuk diletakkan di atas pundak hamba. Setelah itu hamba tentu akan memindahkan istana Paduka yang mulia ke atas gunung sesuai dengan titah Paduka." Baginda Raja Harun Al Rasyid terpana. Beliau tidak menyangka Abu Nawas masih bisa keluar dari lubang jarum.

Kamis, 24 April 2014

Fakta Unik Para Tokoh Dunia

ABRAHAM LINCOLN
Tahun 1831 ia mengalami kebangkrutan dalam usahanya. Tahun 1832 ia mengalami kekalahan dalam pemilihan tingkat lokal. Di tahun 1833 ia lagi-lagi mengalami kebangkrutan. Tahun 1835 istrinya meninggal dunia. Tahun 1836 ia menderita tekanan mental yang begitu berat dan hampir saja masuk rumah sakit jiwa. Di tahun 1837 ia gagal dalm suatu kontes pidato. Tahun 1840 ia gagal dalam pemilihan anggota senat AS. Tahun 1842 ia (lagi-lagi) mengalami kekalahan untuk duduk sebagai anggota kongres AS. Tahun 1848 ia gagal lagi di kongres. Tahun 1855 lagi lagi gagal di senat AS. Di tahun 1856 ia menderita kekalahan dalam pemilihan untuk menduduki kursi wakil presiden. Tahun 1858 ia kalah lagi di senat. Tapi akhirnya di tahun 1860 ia terpilih menjadi Presiden Amerika Serikat!
See? kegagalan yang kerap di alami tak menjadi penghambat Lincoln untuk terus dan terus berusaha sekuat tenaga. Jangan pernah menyerah terhadap kegagalan yang datang bertubi-tubi. Karena suatu saat kesuksesan pun akan kita raih juga. Benar kata pepatah, kegagalan itu adalah kesuksesan yang tertunda.

NAPOLEON BONAPARTE
http://www.biographyonline.net/military/images/Napoleon.jpg
Napoleon berada di peringkat 34 pada Buku 100 Tokoh yang Paling Berpengaruh dalam Sejarah, karena kontribusinya sebagai penakluk dan pemimpin dari Prancis. Dibawah Alexander Yang Agung (Penakluk dari Macedonia) dan diatas Thomas Alva Edison (Penemu lampu pijar serta Fonograf)
Saat berperang di Timur Tengah pada tahun 1799, ia bermaksud melepaskan 1200 tentara Turki yang berhasil ditahan Prancis, saat Prancis berhasil merebut Jaffa. Saat itu Napoleon sedang terserang influenza. Ketika menginspeksi pasukannya ia batuk terus terusan (ane gak tau nih doi batuk dahak atau batuk kering ) hingga ia mengatakan “Ma sacre toux” (yang artinya kurang lebih “batuk sialan!”). Nah, sialnya perwira yang berada disampingnya merasa sang jenderal mengucapkan “Massacrez tous!” (yang artinya “bunuh semua!”). Akibatnya, seluruh 1200 orang tawanan Turki itu dibunuh. SEMUANYA.!! Hanya karena batuk sang jenderal dan kuping perwira yang error.

GALILEO GALILEI
[Galileo_Galilei_portrait.jpg]
Berdasarkan buku 100 Tokoh yang Paling Berpengaruh dalam Sejarah karangan Micheal H. Hart, ia menempati peringkat 12 atas jasanya karena secara akurat mengemukakan teori Heliosentris, berada dibawah Louis Pasteur (Ilmuwan, penemu Pasteurisasi) dan diatas Aristoteles (Filsuf Yunani yang berpengaruh). Galileo merupakan ilmuwan yang kurang beruntung, bahkan setelah kematiannya pun ia masih saja mengalami kesulitan. Setelah pandangan-pandangan ilmiahnya soal tata surya membuat dirinya berurusan dengan pihak gereja, kematiannya pun dirundung masalah.
Saat kematiannya pada tahun 1642, jasadnya tidak langsung dikubur, tapi masih disimpan hingga tahun 1737, kira-kira hampir seabad. Tak cukup hanya itu, sebelum dikubur di Gereja Santa Croce, Florence, Italia, seorang bangsawan tega memotong tiga jari Galileo sebagai “kenang-kenangan terakhir”. Dua dari ketiga jari itu kemudian dimiliki oleh seorang dokter Italia, dan jari ketiganya -jari tengah- saat ini berada di Museum Sejarah Ilmu Pengetahuan di Florence, Italia. Untuk apa? Untuk dipajang diatas tiang marmer dan menunjuk ke langit.

CHARLIE CAPLIN
http://kimmoeller.bplaced.net/wp-content/uploads/2013/06/Charlie-Chaplin-Kim-M%C3%B6ller-Webdesign.jpg
Tokoh satu ini dikenal sebagai komedian terkenal di tahun 1920-an yang sering bermain dalam film bisu hitam-putih. Orang tua Chaplin bukanlah orang tua yang layak jadi panutan. Ibunya punya dua anak hasil selingkuhan dan ayahnya meninggalkan keluarga ketika Chaplin masih belia.
Ibunya kemudian meninggal karena sakit liver setelah sebelumnya kena syphilis dan gizi buruk. 
Chaplin pernah dimintai tanggung jawab menafkahi seorang anak yang bukan anaknya. Seorang perempuan mengaku punya anak dari Chaplin tapi hakim menolak memutuskan perkara itu sehingga Chaplin harus membayar sejumlah uang.
Ketika Chaplin meninggal mayatnya sempat dicuri buat tebusan tapi kemudian dikembalikan dua bulan kemudian.

ALBERT EINSTEIN
http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/f/f7/Albert_Einstein_portrait.jpg/220px-Albert_Einstein_portrait.jpg
Tokoh ilmuwan jenius berdarah Yahudi ini dikenal sebagai sosok brilian yang ramah. Namun Eisntein sebetulnya pernah mengoleksi sejumlah kerangka tulang manusia di toilet rumahnya.
Pada 1901 Einstein dan pacarnya Mileva Maric tengah berlibur di Italia. Setelah itu Mileva hamil dan melahirkan anak namun Einstein ketika itu tidak punya uang untuk menghidupi Mileva dan bayinya. Bayi bernama Lieserl itu lahir pada 1902. Pada suratnya kepada MIleva di tahun 1903 nama Lieserl tidak lagi disebut-sebut hingga menghilang. Tak ada informasi apa yang terjadi pada bayi mereka itu. Ada kemungkinan bayi itu meninggal karena demam berdarah.
Einstein kemudian meninggalkan Mileva pada 1912 (lalu menceraikannya pada 1919) untuk menikahi sepupunya Elsa Lowenthal. Dalam kehidupan pernikahannya kemudian Einstein banyak berselingkuh hingga Elsa meninggal pada 1936. Tampaknya seorang Einstein juga tidak salah jika selain jenius bisa dibilang seorang playboy. 

WILHELM STEINITZ
http://fotosdeajedrez.weebly.com/uploads/4/3/4/7/4347754/4626170_orig.jpg
Pada masa jayanya, ia adalah salah satu pemain catur cemerlang di dunia. Namun saat semakin tua, ia secara perlahan-lahan dijangkiti kegilaan, dan sering merasa bahwa ia dapat menelepon seseorang tanpa menggunakan telepon, ataupun bermain catur tanpa menyentuh bidak. Puncak kegilaannya terjadi ketika ia mengumumkan kepada masyarakat luas bahwa ia menantang Tuhan untuk bermain catur. Lebih parah lagi, ia menawarkan fur (poor) 1 bidak dalam pertandingan itu!!
 

Puisi : Barang Kotak

Beepp..
Dering Sesuatu Berbentuk Kotak Berbunyi
Geronjat...
Kau lekas buru buru menghampiri

Kau ambil dengan gesit
Kau lihat dan baca dengan teliti
Kau balas dengan terbelit belit
Kau cek kembali dengan hati hati


Siapa tak kenal dengan barang kotak ini
Kecil, Canggih, Warna warni
Semua orang butuh barang ini
Tambah girang barang kotak ini

Zaman Sudah Gila
Kini barang kotak ini sudah merajalela
Entah miskin atau kaya
Seluruh pelosok pasti mempunyainya

Dulu barang kotak biasa saja
Kini ia tunjukkan keganasannya
Ia melekat erat pada tangan manusia
Seperti benalu merayapi tumbuhan tak berdosa

Kini semua orang tak bisa lepas dari barang kotak ini
Semua orang menjadi lalai dan cuai
Kewajiban mereka tinggalkan, lebih mementingkan barang kotak ini

Ia seperti kekasih pujaan hati
Bila ia berbunyi, datang orang menghampiri
Ia seperti primadona
Selalu digeganggam dan terpesona dengan wujudnya