Memang aku tergolong keluarga yang miskin, bapakku adalah seorang buruh, ibuku adalah tukang cuci pakaian. Walaupun kami serba kekurangan, keluarga kami tetap penuh dengan kasih sayang. Tetapi Alhamdulillah kita tidak pernah mengalami apa yang namanya kelaparan, karena ibukku pintar mengatur uang.
"Bapak.!"
"Iya, nak ?"
"Dede, pergi ke sekolah dulu, ya"
"Iya, nak. Hati-hati ya ?"
Aku pergi ke sekolah biasa dengan berjalan kaki, karena bekalku tidak cukup untuk naik kendaraan umum. Aku tetap menikmatinya, siapa yang tidak suka berjalan di pagi hari dengan udara sejuk pedesaan. Ku menyusuri setiap jalan dengan pemandangan sawah yang membentang luas berwarna hijau. Gemercik air selokan membuat damainya suasana di desaku. Jarak rumah ke sekolah SD ku kira kira 1 Km. Memang jarak yang tidak dekat, tapi biasa berangkat jam 5 Shubuh.
Jam Setengah tujuh aku biasa masuk sekolah, tapi Alhamdulillah aku jarang terlambat. Ku nikmati hari hari ku di sekolah bermain bersama teman, belajar bersama teman. Ku mendapat banyak pengalaman di sekolah. Sampai saat ini aku tidak pernah bosan apa yang dinamakan belajar, teman temanku biasanya sering menghabiskan bekalnya untuk jajan di kantin, tapi aku berbeda aku selalu menyisakan uangku untuk ditabungkan agar aku bisa membeli sepeda. Aku tau ayahku tak mampu membeli sepeda baru.
Jam 11 siang, bel pulang berbunyi, ku mengemasi peralatan sekolahku ku mengeceknya lagi sampai tak ada yang ketinggalan. Seperti biasa pulang pergi aku selalu menyusuri jalan yang telah aku lewati sebelumnya. Walaupun sekarang udara dari sejuk berubah menjadi panas.
Sesampainya di rumah aku selalu membantu Ibuku menyiapkan makanan untuk kita semua.
"Nak ?"
"Iya, bu."
"Suruh bapakmu makan dulu"
"Iya. bu" aku segera pergi untuk memanggil bapakku yang sedang bekerja
"Pak, makan dulu, itu makanan sudah siap"
"Iya, nanti bapak kesana"
Kita selalu makan bersama ditengah terangnya lilin, maklum listrik kami sudah dicabut minggu lalu, tapi kami sekeluarga tetap menikmatinya.
Aku ingat pesan ibu guruku, bahwa semua siswa harus memakai pakaian khusus untuk memperingati Hari kartini. Aku bergegas memilih baju yang akan aku kenakan besok. Tapi aku sekalipun tidak pernah mempunyai baju yang spesial, bajuku semuanya sudah jelek dan robek. Aku meminta ke Bapaku apakah aku bisa mempunyai baju spesial besok. Bapaku menyanggupinya
Aku segera tidur, dan aku tidak sabar untuk bangun pagi esok, dan cepat cepat menunjukan pakaian baruku besok.
Tapi kali ini aku malah bangun jam 6 pagi. aku langsung bergegas mandi dan menyiapkan buku yang dibawa kali ini. Aku langsung memakai baju baru yang sudah disiapkan oleh ibu untuk memperingati hari Kartini.
"Nak, ayo ! bapak antar"
"Ayo, pak"
Sesampainya di sekolah, aku terheran. Mengapa semua teman temanku, memandangku seperti, apakah mungkin gara gara aku pakai baju baru. Ah tidak mungkin, karena ada juga yang menertawaiku, mungkin bajuku ini kuno dan jelek, memang aku berbeda dengan teman temanku yang orang tuanya berkecukupan. Wajahku yang tadi bahagia berubah menjadi sedih. Aku memandang baju yang telah dibuat oleh ayahku. Kini aku sadar kenapa aku ditertawakan oleh teman teman.
"Bapak, mengapa aku berbeda !"
"Beda apa nak."
"Ini bajuku pak"
"Bajumu kenapa ? itu sudah bapak beli susah susah lho"
"Iya,bapak, tapi ini kan Kebaya.. "
"Lho kan katamu, buat memperingati hari Kartini, ya, tak buatin baju kebaya."
"Tapi, aku kan laki laki, bapak."
"alah, ya biarin kan biar beda sama temanmu yang laki laki"
"Ya elah bapak"
oleh : Algifari
Awalnya terharu banget. Eh endingnya ngakak.. :D
BalasHapusIni yg salah anak atau bapaknya ya?? :D
hehehe,. makasih.
Hapuskayaknya yang salah dua duanya :D
Iya, sama-sama..
HapusHahahahaha :D
Hahahah ending yang geli
BalasHapusBy : Obat Sakit Pinggang Di Apoptik