Tampilkan postingan dengan label PUTER (Puisi Terkenal). Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label PUTER (Puisi Terkenal). Tampilkan semua postingan

Senin, 12 Mei 2014

Puisi : Hanya Dalam Puisi (Ajip Rosidi)

Dalam kereta api Kubaca puisi Willy dan Mayakowsky Namun kata-katamu kudengar Mengatasi derak-derik deresi. Kulempar pandang ke luar: Sawah-sawah dan gunung-gunung Lalu sajak-sajak tumbuh Dari setiap bulir peluh Para petani yang terbungkuk sejak pagi Melalui hari-hari keras dan sunyi. Kutahu kau pun tahu: Hidup terumbang-ambing antara langit dan bumi Adam terlempar dari surga Lalu kian kemari mencari Hawa. Tidakkah telah menjadi takdir penyair Mengetuk...

Puisi : Surat Dari Ibu (Asrul Sani)

Pergi ke dunia luas, anakku sayang Pergi ke hidup bebas ! Selama angin masih angin buritan Dan matahari pagi menyinar daun-daunan Dalam rimba dan padang hijau Pergi ke laut lepas, anakku sayang Pergi ke alam bebas ! Selama hari belum petang Dan warna senja belum kemerah-merahan Menutup Pintu waktu lampau Jika bayang telah pudar Dan elang laut pulang ke sarang Angin bertiup ke benua Tiang-tiang akan kering sendiri Dan nahkoda sudah tau pedoman Boleh...

Kamis, 08 Mei 2014

Puisi : Syair Orang Lapar (Taufik Ismail)

Lapar menyerang desaku Kentang dipanggang kemarau Surat orang kampungku Kuguratkan kertas Risau Lapar lautan pidato Ranah dipanggang kemarau Ketika berduyun mengemis Kesinikan hatimu Ku iris Lapar di Gunung Kidul Mayat dipanggang kemarau Berjajar masuk kubur Kau ulang jua Kal...

Puisi : Sebuah Jaket Berlumur Darah (Taufik Ismail)

Sebuah jaket berlumur darah Kami semua telah menatapmu Telah pergi duka yang agung Dalam kepedihan bertahun-tahun. Sebuah sungai membatasi kita Di bawah terik matahari Jakarta Antara kebebasan dan penindasan Berlapis senjata dan sangkur baja Akan mundurkah kita sekarang Seraya mengucapkan ’Selamat tinggal perjuangan’ Berikara setia kepada tirani Dan mengenakan baju kebesaran sang pelayan?. Spanduk kumal itu, ya spanduk itu Kami semua telah menatapmu Dan...

Minggu, 20 April 2014

Puisi : Amuk (Sutardji Calzoum Bachri)

Maafkan aku Aku bukan sekedar penyair Aku depan              Depan yang memburu Membebaskan kata Memanggil Mu Pot pot pot Pot pot pot Kalau pot tak mau pot Biar pot semau pot Mencari pot Pot Hei, Kau dengar manteraku Kau dengar kucing memanggilMu Izukalizu Mapakazaba itasatali Tutulita Papaliko arukabazaku kodega zuzukalibu tutukaliba dekodega zamzam lagotokoco zukuzangga zagezegeze...

Selasa, 15 April 2014

Puisi : Belajar Membaca (Sutardji Calzoum Bachri)

Kakiku Luka Luka Kakiku Kakikau Lukakah Lukakah Kakikau Kalau Kakikau Luka Lukakukah Kakikau Kakiku Luka Lukakaukah Kakiku Kalau Lukaku Lukakau Kakiku Kakikaukah Kakikaukah Kakiku Kakiku Luka Kaku Kalau Lukaku Lukakau Lukakakukakiku Lukakakukakikaukah Lukakakukakikaukah Lukakakukak...

Senin, 14 April 2014

Puisi : Air Mata Bola Basket

Air Mata Bola Basket Dalam Kaset . . . Air Mata Bola Basket Dalam . . . Air Mata Bola Basket . . . Air Mata Bola . . . Air Mata . . . Air . . . A I R M A T A Bola Basket Dalam Kaset Karya : Ghan...

Minggu, 30 Maret 2014

Puisi : Hujan Bulan Juni (Sapardi Djoko Damono)

Tak ada yang lebih tabah Dari hujan bulan Juni Dirahasiakannya rintik rindunya Kepada pohon berbunga itu Tak ada yang lebih bijak Dari hujan bulan Juni Dihapusnya jejak-jejak kakinya Yang ragu-ragu di jalan itu Tak ada yang lebih arif Dari hujan bulan Juni Dibiarkannya yang tak terucapkan Diserap akar pohon bunga ...

Minggu, 16 Maret 2014

Puisi : Dengan Kasih Sayang (WS. Rendra)

Dengan kasih sayang. Kita Simpan bedil dan kelewang. Punahlah gairah pada darah. Jangan! Jangan dibunuh para lintah darat cumlah mesra anak. Jadah tak berdayah dan sumbatkan jarimu pada mulut. Peletupan karna darah para bajak dan perompak akan mudah mendidih oleh pelor. Mereka bukan tapir atau bada hatinya pun berurusan cinta kasih seperti jendela terbuka bagi angin sejuk ! Kita yang sering kehabisan cinta untuk mereka cuma membenci yang nampak...

Senin, 10 Maret 2014

Puisi : Krawang-Bekasi (CHAIRIL ANWAR)

Kami yang kini terbaring antara Krawang-Bekasi Tidak bisa berteriak "Merdeka" dan angkat senjata lagi Tapi siapakah yang tidak mendengarkan deru kami? Terbayang kami maju dan berdegap hati? Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak Kami mati muda yang tinggal tulang diliputi debu Kenang, Kenanglah Kami Kami sudah coba apa yang kami bisa Tapi kerja belum selesai, belum apa apa Kami sudah...

Jumat, 07 Maret 2014

Puisi : Cara Membunuh Burung (Sapardi Djoko Damono)

Bagaimanakah cara membunuh burung  yang suka berkukuk bersama teng-teng jam dinding  yang tergantung sejak kita belum dilahirkan itu? Soalnya ia bukan seperti burung-burung  yang suka berkicau setiap pagi meloncat dari cahaya ke cahaya  di sela-sela ranting pohon jambu (ah dunia di antara bingkai jendela!) Soalnya ia suka mengusikku tengah malam,  Padahal aku sering ingin sendirian Soalnya ia b...

Puisi : Pada Suatu Hari Nanti (SAPARDI DJOKO DAMONO)

Pada suatu hari nanti Jasadku tak akan ada lagi Tapi dalam bait-bait sajak ini Kau takkan kurelakan sendiri Pada suatu hari nanti Suaraku tak terdengar lagi Tapi di antara larik-larik sajak ini Kau akan tetap kusiasati Pada suatu hari nanti Impianku pun tak dikenal lagi Namu disela-sela huruf sajak ini Kau takkan letih-letihnya kuc...

Senin, 24 Februari 2014

Puisi : Selamat Tinggal Kegelapan (SUSILO BAMBANG YUDHOYONO)

  Kutengadahkan tangan di malam hari, sendiri dalam sunyi Entah berapa banyak luka yang kutahan dan koyaknya hati ini ketika mereka memaki menusuk dan merobek jantung harga diri dalam amarah, dan terkadang dengki Tapi, apapun, harus kujalani mengajak dan menuntun mereka untuk terus mendaki, atau mengarungi lembah-lembah sunyi penuh duri dan menembus ombak tinggi ganasnya laut lepas Karena aku tahu, jalan ini benar buat mengucapkan selamat...

Minggu, 23 Februari 2014

Puisi : Tanah Airku (MUHAMMAD YAMIN)

Pada batasan, bukit barisan Memandang aku, ke bawah memandang Tampak hutan rimba dan ngarai Lagi pun sawah sungai yang permai Serta gerangan lihatlah pula Langit yang hijau bertukar warna Oleh pucuk daun kelapa Itulah tanah, tanah airku Sumatra namanya, tumpah darahku Sesayup mata, hutan semata Bergunung bukit lembah sedikit Laut disana, di sebelah situ Dipagari gunung satu per satu Adalah gerangan sebuah surga Bukannya janat bumi kedua Firdaus...

Sabtu, 22 Februari 2014

Puisi : Nyanyian Seorang Petani (ABDUL HADI WM)

Berilah kiranya yang terbaik bagiku Tanah berlumpur dan kerbau pilihan Biji padi yang manis Berilah kiranya yang terbaik Air mengalir Hujan menyerbu tanah air Bila masanya buah kupeik Ranumnya kupetik RahkmatNya kur...

Puisi : Api Semangat (ANS)

Apakah ku harus rapuh Rapuh berarti aku jatuh Jatuh dalam keterpurukan Ah, aku harus lawan Api yang hampir padam Tak akan kubiarkan mati Aku akan terus melaju Sekalipun dalam terpaan gelombang dan badai Hatiku takkan mudah rapuh lagi Semangat hidupku harus kupacu Aku tidak boleh kalah Oh, Tuhan teguhkanlah hatiku Semoga aku tegar, Kusampai di pantai tuj...

Kamis, 20 Februari 2014

Puisi : Malam Tiba (IBU SUD)

Normal 0 false false false EN-US X-NONE X-NONE MicrosoftInternetExplorer4 Hari sudah senja Alam mulai sunyi Burung-burung semua Telah berhenti bernyanyi Anak gembala kerbau Menghalau ternaknya Pulang menuju dangau Jauh di tepi lembah ...

Puisi : Perasaan Seni (J.E. Tatengkeng)

Bagaikan banjir gulung-menggulung Bagaikan topan seruh-meneruh Demikian rasa, datang semasa, Mengalir, menimbu, mendesak, mengepung Memenuhi sukma, menawan tubuh. Serasa Manis sejuknya embun, Selagu merdu dersinya angin, Demikian Rasa, datang semasa, Membisik, mengajak, aku berpantun, Mengatung jiwa ke tempat dingin. Jika kau datang sekuat raksasa, Atau kau menjelma secantik juwita, Kusedia hati akan berbakti Dalam tubuh kau berkuasa Dalam...

Puisi : Kepada Kawan (CHAIRIL ANWAR)

Sebelum ajal mendekat dan mengkhianat, mencengkam dari belakang ‘tika kita tidak melihat, selama masih menggelombang dalam dada darah serta rasa, belum bertugas kecewa dan gentar belum ada, tidak lupa tiba-tiba bisa malam membenam, layar merah berkibar hilang dalam kelam, kawan, mari kita putuskan kini di sini: Ajal yang menarik kita, juga mencekik diri sendiri! Jadi Isi gelas sepenuhnya lantas kosongkan, Tembus jelajah dunia ini dan balikkan Peluk...

Puisi : Cintaku Jauh di Pulau (CHAIRIL ANWAR)

Cintaku jauh di pulauGadis manis, sekarang iseng sendiriPerahu melancar, bulan memancardi leher kukalungkan ole-ole buat si pacarangin membantu, laut terang, tapi terasaaku tidak ‘kan sampai padanyaDi air yang tenang, di angin mendayudi perasaan penghabisan segala melajuAjal bertakhta, sambil berkata:“Tujukan perahu ke pangkuanku saja.”Amboi! Jalan sudah bertahun kutempuh!Perahu yang bersama ‘kan merapuhMengapa Ajal memanggil duluSebelum sempat...