Jumat, 28 Februari 2014

Kata Kata Bijak Islam Penuntun Hati



http://www.loyarburok.com/wp-content/uploads/2011/04/473728553_9f969e6775_z.jpg 
Barang siapa yang masuk ke dalam kubur tanpa bekal yang dibawanya, maka ia seperti berlayar di lautan tanpa perahu 

Sesungguhnya orang yang sempurna akal adalah yang selalu memperbaiki dirinya, serta selalu siap, beramal, berbekal tuk menghadapi hari kemudian setelah mati. 

Janganlah sampai kita terlena dengan jebakan duniawi, sebab sesungguhnya kita hidup di dunia ini tak lain untuk mencari bekal tuk di kehidupan yang sebenarnya nanti 

Allah adalah tujuan, untuk-Nyalah kita hidup serta karena-Nyalah kita hidup, maka lakukan hal yang terbaik dalam hidup kita untuk dapat menuju kepada sang Khaliq 

Nilai seseorang sesuai dengan kadar tekadnya, ketulusannya sesuai dengan kadar kemanusiaannya, keberaniannya sesuai dengan kadar penolakannya pada perbuatan jahat serta kesucian hati nuraninya sesuai dengan kepekaannya pada kehormatan dirinya. 

Amal yang paling dicintai oleh Allah SWT adalah yang terus menerus meskipun hanya sedikit. 

Andaikan seseorang mau memikirkan kebesaran Allah SWT, maka dia takkan sampai hati untuk melakukan perbuatan dosa 

Mengarungi samudera kehidupan ini, kita ibaratkan para pengembara, hidup ini merupakan perjuangan yang akan jadi saksi pengorbanan 

Kita yang mulanya suci saat dilahirkan, maka kembalipun kita harus dalam kondisi suci untuk menghadapi kehidupan yang sebenarnya. 

Berbahagialah orang yang perkataannya dzikir, dan diamnya berfikir serta pandangannya perhatian.

Bila ingin mendapat sesuatu, belajarlah dengan memberi, bila ingin kebahagiaan, berikanlah kebahagian itu kepada orang lain. 

Hari ini anda mampu menggunakan pakaian yang cantik serta mahal harganya, tapi suatu hari nanti anda hanya akan mampu menggunakan sehelai kain putih saja. 

Hari ini anda makan serta minum dengan sesuka hati di dunia, tapi suatu hari nanti anda akan dimakan oleh ular, ulat dan binatang lainnya dalam kubur sesudah meninggal dunia.

Jangan pernah mengatakan -aku mencintaimu selamanya- sebelum engkau berdo'a dan berharap restu dari Tuhan akan cintamu dan cintanya"

Sebesar-besar kebohongan adalah yang mengatakan cinta karena Tuhan tetapi cintanya tidak ber-Tuhan

Cinta itu hampa rasa bila cinta dilahirkan dari hati yang dipenuhi dengan duri-duri prasangka, dan prasangka akan mengakibatkan cinta itu tersiksa

Jika cinta kepada Tuhan melebihi cinta dari yang lainnya itu adalah tanda kesempurnaan cinta, namun apabila cinta kepada Tuhan lebih rendah daripada cinta kepada yang lain, itu tanda kecacatan cinta

Cinta itu buta bila cinta itu terlahir dari hati yang keruh penuh benci, cinta itu tuli bila dilahirkan dari hati yang tak mau menerima bisikan-bisikan cinta dari Ilahi

Salah satu cara untuk mengetahui cinta palsu adalah dengan melihat perbuatannya apakah sama dengan yang diucapkannya

Kamis, 27 Februari 2014

Puisi : Karma


http://www.islampos.com/wp-content/uploads/2013/08/merenung.jpg
Andai ku tau
Kau memang yang terbaik untukku
Andai ku tau dari dulu
Kan kutanamkan rasa cintaku padamu

Tapi apa daya
Memang begini adanya
Ku harus menanggung karma
Yang selama ini akan melanda

Dia yang ku cinta
Tak sesuai lagi apa yang rasa
Dia telah berbeda
Sejak saat pertama berjumpa

Tapi kau masih seperti dulu
Dengan indah tingkah lakumu
Kini ku hanya menyesali penyesalanku
Kenapa tak ku taruh hatiku padamu

Legenda : Sawerigading (Sulawesi Selatan)

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhgEjAqGD3Q1sAyW0i-C3LgihCG7MfYOFA7yuKtOE8UULoAQkZjvBqBSpPnQ2jkXEAx3Bfd0kEeGLWvg04ufkfONeXfhQv1uMBwiuXjYL9D9IZ3Mh6hho6r-ip8zq_7k8PW26p52F76u97N/s400/Sawerigading+opunna+wareq+to+salolipu+maddeppa+Ri+aulo+Gadingge.jpg

Syahdan, disebuah hulu sungai Saqdan – Sulawesi Selatan – hiduplah seorang anak manusia yang bernama Sawerigading. Dikisahkan, bahwa ayah Sawerigading memiliki dua orang istri, yang pertama dari bangsa manusia dan istri kedua dari bangsa jin.

Dari istri yang pertama lahirlah sepasang anak kembar. Satunya berjenis kelamin laki-laki yang kelak bernama Sawerigading. Dan satunya lagi berjenis kelamin perempuan. Sejak kecil sepasang anak kembar ini dipisahkan oleh orang tuanya tanpa alasan yang jelas.

Ringkas cerita Sawerigading kecil telah tumbuh menjadi dewasa. Keinginan untuk memiliki pendamping hidup mulai bersemi dalam jiwanya. Sampai suatu saat ia bertemu dengan saudara kembarnya. Rasa cinta, dan keinginan untuk saling memiliki tumbuh begitu saja saat pertama kali Sawerigading menatap paras cantik saudara kembarnya. Karena sekian lama dipisahkan, mereka tidak menyadari bahwa sebenarnya mereka berdua adalah saudara kandung.

Ayahnya yang mengetahui bahwa Sawerigading telah jatuh cinta kepada saudara kandungnya sendiri tentu saja tinggal diam. Ia segera memerintahkan Sawerigading untuk menghadap kepadanya. “Ketahuilah anakku, bahwa mengharapkan pandamping hidup untuk saling menentramkan hati bukanlah hal yang keliru. Tapi merupakan satu pantangan terbesar dalam adat istiadat kita, jika menjadikan saudara kandung sendiri sebagai istri. Supaya kamu bisa mendapatkan pendamping hidup yang tidak menyalahi adat istiadat kita, besok pagi-pagi benar, berangkatlah kamu ke hulu sungai untuk menebang kayu Balandae. Dengan kayu itu buatlah kapal untuk membawa kamu berlayar ke negeri cina untuk meminang sepupumu yang bernama Cudai.

Esok paginya, saat matahari baru saja nampak di ufuk, berangkatlah ia menuju hulu sungai untuk menebang kayu Balandae, sebagaimana yang perintahkan oleh ayahnya. Sebenarnya ia tidak terlalu setuju dengan perintah ayahnya, akan tetapi semua itu dilakukannya karena takut dengan kemurkaan ayahnya.

Ditengah perasaannya yang dirundung duka karena tidak diperbolehkan mempersunting saudara kandungnya, rupanya pohon Balandae yang ditembangnya tidak juga tumbang, padahal pangkal dan batang pohon tersebut telah terpisah. Perasaan sawerigading semakin tidak menentu. Kebingungan dan kekesalan silih berganti berkecamuk dalam batinnya.

Sebagai seorang saudara kembar, perang batin dalam diri Sawerigading turut dirasakan oleh saudara kembarnya. Tanpa sepengetahuan Sawerigading, berangkatlah saudara kembarnya untuk menembang pohon Balandae. Ajaib, dalam satu kali tebasan, pohon yang memang sudah terpisah pangkal dan batangnya itu langsung tumbang ke tanah.

Keesokan harinya, betapa terkejutnya Sawerigading saat melihat bahwa pohon Balandae yang tak kunjung bisa ditumbangkannya kini telah berubah menjadi perahu layar yang siap untuk mengarungi samudera. Tapi ia tidak ambil pusing untuk mengetahui siapa yang telah membantunya membuat kapal. Baginya kapal telah siap didepan mata, tidak ada gunanya memikirkan siapa yang membuat, satu hal yang pasti bahwa ia harus segera pulang untuk menyiapkan perbekalan untuk dibawa berlayar ke negeri cina.

Hari pemberangkatanpun tiba. Sawerigading segera berlayar mengarungi samudera luas. Berbagai rintangan dihadapinya dalam perjalanan. Dari gangguan alam seperti badai dan ombak sampai gangguan manusia yang berniat merompak kapal yang ditumpangi Sawerigading.

Berkat izin yang kuasa, segala gangguan dan rintangan yang didapatinya dalam perjalanan bisa dihadapi dengan baik oleh Sawerigading. Dan sampailah setelah berlayar beberapa lama, sampailah Sawerigading ke kerajaan cina.

“Angin apa gerangan yang membuat anakda jauh-jauh meninggalkan tanah kelahiran menuju daratan cina ?” tanya pamannya saat Sawerigading menghadap.

“Jika jodoh bisa datang tanpa dicari, mungkin anakda sampai saat ini masih menginjak tanah yang sama dengan tanah tempat anakda dilahirkan, tetapi karena jodoh ha rus dijemput, maka maksud kedatangan anakda kesini adalah untuk meminang putri paman raja.” ucap sawerigading mengutarakan maksud kedatangannya.

Mengetahui bahwa maksud kedatangan Sawerigading, adalah untuk melamar putrinya. Raja terdiam sejenak. Terlihat ia memikirkan sesuatu, sedangkan Saweringading hanya bisa menanti dengan perasaan cemas. Akhirnya Raja memerintahkan untuk memanggil Cudai, putrinya, untuk segera menghadap.

“Dari tanah Sulawesi yang jauh, Sawerigading yang merupakan saudara sepupumu berniat untuk menjalin tali kekeluargaan yang lebih dekat lagi dengan kita yang ada di negeri cina. Ayahanda tahu, bahwa dalam hidupmu kamu pasti memiliki mimpi, begitupun halnya dengan Sawerigading. Dan ketahuilah bahwa dunia ini terlalu luas, manusia tidak akan mampu untuk merealisasikan mimpinya seorang diri. Maukah kamu membantu Sawerigading menggapai mimpinya dan sekaligus membiarkan Sawerigading melumuri tangannya dengan usaha untuk membantumu mencapai mimpi ?” tanya Raja kepada Cudai.

Cudai yang saat itu bersimpuh di samping ayahnya berusaha untuk semakin menundukkan pandangannya. Ia kelihatan malu-malu.

“Ayahanda, bagi seorang putri seperti anakda, keinginan ayahanda juga merupakan keinginan anakda, karena anakda yakin bahwa apapun yang ayahanda inginkan pasti demi kebahagian anakda.” Ucap Cudai dengan nada suara malu-malu.

Mendengar bahwa Cudai bersedia untuk dipersunting oleh Sawerigading, perasaan raja sangat bahagia, karena ia tidak ingin membuat hati keponakannya kecewa, pun ia tidak ingin memaksakan keinginan kepada putri yang dicintainya. Tapi lebih dari itu semua perasaan Sawerigading lebih berbahagia, karena lamarannya diterima.

Pesta pernikahanpun digelar dengan meriah. Seluruh rakyat ikut merasakan kebahagian kedua mempelai yang juga berarti semakin mempererat hubungan kekeluargaan antara keluarga Sawerigading di Sulawesi dan keluarga Cudai di negeri Cina.

Setelah bertahun-tahun menetap di negeri cina, akhirnya pasangan suami-istri tersebut dikarunia seorang anak yang diberi nama La Galigo. Tapi saat La Galigo masih bayi. Sawerigading memutuskan untuk kembali ketanah kelahirannya, Sulawesi.

La Galigo kini mulai tumbuh tidak hanya menjadi pemuda yang gagah perkasa tapi juga cerdik cendekia dan bijak bestari. Saat La Galigo dewasa meminta izin untuk menemui ayahnya di tanah Sulawesi, ia dititipi oleh ibunya seekor ayam jago.

Ditanah Sulawesi, berkembang permainan adu ayam. Diantara mereka, terdapat seekor ayam aduan yang tak tertandingi. Bahkan beberapa ayam yang menjadi lawannya harus terkelapar mati. Pemilik ayam tersebut tidak lain adalah Sawerigading.

Suatu saat, sampailah La Galigo ke tanah sulawesi. Saat melihat ada orang yang sedang mengadu ayam, La Galigo segera menghampiri tempat tersebut. Sawerigading yang melihat ayam jago di tangan La Galigo kemudian berkata dengan suara lantang. “Wahai anak muda, bawalah kemari ayam yang ada ditanganmu itu. Biarkan ia merasakan tajamnya taji ayam jago milikku.”

Mendengar kalimat tersebut, La Galigo hanya tersenyum. Ia berniat memberi pelajaran pada orang yang terdengar angkuh tersebut. Ia pun memenuhi permintaan Sawerigading. Tidak berapa lama, kedua ayam tersebut terlibat dalam perkelahian yang sengit. Sampai suatu ketika ayam jago milik Sawerigading berlari meninggalkan arena aduan, lantaran tidak kuat lagi merasakan sakit.

Mengetahui ayam milik Sawerigading kalah, betapa terperanjatnya orang-orang yang menyaksikan kejadian itu, terlebih lagi Sawerigading. “Wahai anak muda, dari mana gerangan ayammu berasal ?” tanya Sawerigading. Kali ini nada bicaranya tidak lagi menyiratkan kesombongan, bahkan terkesan ada perasaan malu bercampur keheranan.

“Ayam saya berasal dari negeri Cina. Saya ke Sulawesi untuk mencari ayah saya.” Jelas La Galigo. Sawerigading kembali terkejut. Batinnya berkecamuk hebat. Pikirannya tiba-tiba melayang kepada anak dan istrinya yang ditinggalkan di negeri Cina.

“Siapa gerangan nama ayahmu itu anak muda ?” tanya Sawerigading lagi. Ia semakin tidak sabar untuk mengetahui identitas lawan bicaranya.

“Nama saya La Galigo, Ayah saya bernama Sawerigading dan Ibu saya bernama Cudai.” Jelas La Galigo.

“Tidak sia-sia perjalananmu, menempuh terjangan badai, mengarungi samudera luas dan menghadapi gelombang bahaya, karena ayah yang kamu cari adalah orang yang sekarang berdiri didepanmu. Sayalah Sawerigading yang kamu cari itu.” Ucap Sawerigading.

Mereka berduapun saling berpelukan. Setelah pertemuan itu, La Galigo dan Sawerigading sepakat untuk mengajak Cudai tinggal bersama mereka di tanah Sulawesi. Dan Menjadi cikal bakal nenek moyang suku bugis makasar dan Luwu..

Sumber

Legenda : Panglima Lidah Hitam (Sulawesi Selatan)

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgD8djzyWEUnSnoRXkCqD-BWdKPjP91Fw5w8bES2yN1KcmycuPjKayrl2MpEyHngNrSi0LMog-1M9Tls8oFFPcz_lpmltjRU9k1GM_cNwIBCerj59qUKmm1jWXyg_is2suxc5keXl34G4w/s1600/khalid.jpg

Pada zaman dahulu kala disebuah puncak bukit di Napo, berkuasa seorang raja yang bernama Raja Balinapa. Raja ini sangat aneh, sudah berkuasa tiga puluh tahun lebih tetapi tidak mau melepaskan tahtanya. Jangankan kepada orang lain, kepada anaknya sendiri ia tak mau mewariskan kekuasaan kerajaannya itu.

Ia ingin berkuasa terus sepanjang masa, padahal semakin hari usianya semakin bertambah. Dan tidak ada manusia yang abadi. Tiap manusia pada akhirnya pasti akan mati.

Raja Balinapa selalu berusaha keras menjaga kesehatan badannya, baik dengan olahraga secara teratur, latihan perang, maupun berburu. Tidak lupa rajin minum jamu dan obat ramuan tabib terkenal, semua itu dilakukannya agar dapat berumur panjang.

Karena tidak mau mewariskan kekuasaanya, maka ia hanya mempunyai anak-anak perempuan. Tiap permaisurinya melahirkan anak laki-laki ia langsung membunuhnya, agar nanti tidak dapat merebut kekuasaan kerajaannya.

Tiap kali Permaisuri hamil ia selalu cemas. Jangan-jangan anaknya laki-laki. Pasti akan dibunuh suaminya. Maka selalu berharap anak yang dikandungnya adalah seorang bayi perempuan.

Pada suatu ketika permaisuri sedang hamil besar, kebetulan pula Raja Balinapa akan berburu ke daerah Mosso. Maka istrinya dibawa serta karena Raja takut kalau permaisuri melahirkan anak laki-laki, pasti permaisuri tidak tega membunuhnya.

Sebelum Raja pergi berburu beliau berpesan kepada Panglima Perang Puang Mosso, ”Jika besok atau lusa saya belum kembali sementara permaisuri melahirkan anak laki-laki, maka bunuhlah anak itu.

Siap Baginda. Segala perintah Baginda pasti hamba kerjakan.” jawab Puang Mosso.

Raja Balinapa memang cerdik. Kekhawatirannya terbukti. Sehari setelah ia setelah berangkat berburu, Permaisuri yang tinggal di Mosso melahirkan bayi laki-laki. Bayi itu memiliki lidah yang berbulu dan berwarna hitam. Oleh karena itu, Puang Mosso binggung ketika memikirkan bayi yang baru lahir itu ternyata seorang bayi laki-laki.

Kalau Raja disini, anak itu pasti disembelih”, katanya dalam hati.

Raja Balinapa tidak saja mempercayakan Puang Mosso untuk mengawasi Permaisuri. Ia juga menugaskan anjing terlatih yang menjadi pengawal raja. Mengetahui Permaisuri melahirkan, anjing pengawal raja yang bertugas menjaga permaisuri segera menjilati sarung bekas bersalin Permaisuri, sehingga meninggalkan darah di moncong si anjing. Selanjutnya anjing tersebut datang menghadap Raja sambil menggonggong terus memperlihatkan darah di moncongnya. Oleh karena itu, Raja Balinapa mengerti bahwa permaisurinya sudah melahirkan.

Sementara itu, Puang Mosso merasa kasihan sekali melihat keadaan bayi laki-laki itu, bayi itu agak lain daripada bayi-bayi kebanyakan. Lidahnya berbulu dan berwarna hitam. Ia tak tega untuk menyembelih bayi itu. Ia mencari akal. Lalu menyembelih seekor kambing dan membuatkan nisan untuk kuburan.

Ketika Raja kembali dari berburu, ia langsung bertanya, ”Apakah Permaisuri sudah melahirkan?

Dijawab oleh Puang Mosso, “Permaisuri melahirkan anak laki-laki dan hamba langsung menyembelihnya sebagaimana pesan Baginda. Marilah hamba antarkan Baginda untuk melihat kuburan anak itu.

Raja bersama Puang Mosso berangkat ke kuburan. Raja pun percaya bahwa anak laki-lakinya sudah disembelih.

Benarkah demikian? Kemana sebenarnya anak itu disembunyikan Puang Mosso? Raja Balinapa sama sekali tidak mengetahuinya.

Hari berganti tahun berlalu. Putra raja itu makin besar, dia sudah pandai belajar dan mengenal orang. Karena khawatir rahasianya akan diketahui oleh Raja nantinya, maka Puang Mosso menitipkan putra raja kepada seseorang yang sedang berlayar ke Pulau Salemo yang jauh dari bukit Napo.

Setelah di Salemo, anak itu semakin tumbuh menjadi remaja. Dia senang memanjat. Suatu hari, ketika ia sedang memanjat pohon, tiba-tiba datang seekor burung Rajawali raksasa yang mencengkeram pundaknya, lalu membawanya terbang ke tempat yang jauh. Sampai di Gowa, burung Rajawali menjatuhkan anak itu ditengah sawah. Seorang petani kebetulan melihatnya saat jatuh dari cengkeraman burung Rajawali. Petani itu melapor kepada Raja Gowa, “Di tengah sawah kami melihat seorang anak yang sangat gagah, berbaju merah. Kalau kita tanya anak dari mana, dia tidak menjawab.

Begitu Raja Gowa mengamati anak itu, segera tertarik dan berkata dalam hati, “Hemm, anak ini bukan sembarangan.” Oleh karena itu dipeliharalah anak tersebut hingga dewasa, diajari segala macam ilmu keperwiraan sehingga menjadi orang yang kuat, gagah dan sakti.

Raja Gowa kemudian dan mengangkat orang yang diterbangkan Rajawali ini menjadi panglima perang. Kalau Raja pergi berperang, pasukannya selalu menang berkat kesaktian panglimanya. Keahliannya di medan perang tak tertandingi.

Berita tentang kesaktian panglimanya terkenal dan tersebar ke berbagai penjuru wilayah. Sehingga Raja Gowa memberi gelar panglimanya I Manyambungi.

Sementara itu di bukit Napo, Raja Balinapa yang sebetulnya ayahanda I Manyambungi telah mati karena diserang oleh Raja Lego yang sakti. Raja ini sangat berkuasa dan kejam. Ia suka menyembelih orang dan mengganggu rakyat yang berada di negeri sekitarnya. Untuk mengatasi hal ini, para raja bawahan dan sekitarnya mulai prihatin dan mengadakan pertemuan. Karena sudah banyak orang yang dibunuh dan tidak ada yang bisa menekan si Raja Lego yang sakti tapi kejam tersebut.

Salah seorang diantaranya berkata, ”Ada berita baik, di Gowa ada seorang panglima perang yang sangat sakti, barangkali kita dapat minta tolong padanya untuk melawan Raja Lego.

Kemudian diutuslah seseorang ke Gowa untuk menemui panglima I Manyambungi. Akan tetapi I Manyambungi menolak dan berkata, “Saya akan turut ke Balanipa membantu kalian jika Puang Mosso yang datang menjemputku. Janji saya ini tidak boleh didengar oleh Raja Gowa, karena beliau melarangku meninggalkan negeri ini.

Tiba di Mosso, utusan bernama Puang Napo itu berkata kepada Puang Mosso, “Pergilah ke Gowa karena beliau mau kesini kalau Puang Mosso sendiri yang menjemputnya.” Tiba-tiba Puang Mosso tersentak kaget, heran dan cemas. Mengapa harus dia yang menjemput I Manyambungi. Ada hubungan apa dan kepentingan apa Panglima Perang terkenal Gowa itu dengannya? Agar tak penasaran segera berangkatlah Puang Mosso dengan kapal layar ke Gowa. Tiba di Gowa beliau menghadap I Manyambungi dengan dada berdebar-debar. Berkatalah I Manyambungi, “Saya betul-betul akan berangkat ke Balanipa, karena saya mengingat budi baikmu kepadaku, sewaktu kecil engkaulah yang menyelamatkan dan memeliharaku.

Dada Puang Mosso berdebar. "Jangan-jangan, dialah anak Raja Balinapa yang diselamatkannya dahulu dan sekarang bernama I Manyambungi," pikirnya antara khawatir dan gembira. Puang Mosso terus mengamati I Manyambungi dan memohon, “Maafkan hamba Tuan, coba julurkanlah lidah Tuan.” Ketika lidahnya dijulurkan dan terlihat lidah itu berwarna hitam dan berbulu, Puang Mosso langsung berteriak keras sembari memeluk I Manyambungi dan berkata, “Benar, engkaulah putra Raja Balinapa.

Tidak lama kemudian, pada waktu tengah malam berangkatlah mereka meninggalkan negeri Gowa dengan diam-diam karena jika pamit kepada Raja Gowa pasti takkan direstui kepergian I Manyambungi ke kampung halamannya.

Setelah sampai, kapal layar mereka merapat di Tangnga-Tangnga. Mereka lalu menurunkan semua peralatan perang dan membawanya ke bukit Napo. Itulah sebabnya I Manyambungi juga dinamakan To Dilaling yang berarti orang yang hijrah karena ia pindah dari Gowa ke Napo yaitu salah satu daerah Mandar. Dilaling (orang yang hijrah) karena beliau pindah dari Gowa ke Napo (salah satu daerah Mandar).

Sementara itu Raja Lego memerintah kerajaan Napo dengan kejam sekali. Ia berbuat sekehendak hatinya. Kalau menginginkan harta tidak peduli milik siapa harus diperolehnya, baik dengan cara halus maupun dengan cara kekerasan. Begitu pula jika ia ingin kawin, tak peduli wanita yang diinginkan menolak atau menerima, masih gadis atau sudah bersuami pasti dipaksanya menjadi istrinya. Akibatnya kebanyakan rakyat menaruh dendam dan sangat membencinya. Maka ketika I Manyambungi mengajak rakyat berjuang melawan Raja Lego, ajakannya itu disambut dengan suka cita. Pada hari yang ditentukan mereka menyerbu istana. Khusus Raja Lego dihadapi oleh I Manyambungi sendiri. Dalam pertempuran yang sangat dahsyat, Raja Lego akhirnya dapat dikalahkan oleh I Manyambungi. Raja kejam itu tewas diujung badik I Manyambungi. Akhirnya, I Menyambungi yang menjadi penerus tahta kerajaan Balinapa yang kacau-balau pada waktu itu. Pada masa pemerintahan I Manyambungi negeri tersebut menjadi aman, makmur dan sentosa.

Janganlah seseorang itu terlalu mementingkan diri sendiri sehingga dapat merugikan orang lain, seperti yang ditunjukkan oleh Raja Balinapa. Karena takut diganti, ia rela membunuh anak laki-lakinya.

Kedua, manusia tidak sepatutnya menyombongkan kekuatan dan kesaktiannya seperti Raja Lego untuk menindas yang lemah. Karena sesungguhnya tidak ada manusia yang mau ditindas oleh orang lain.

Rabu, 26 Februari 2014

Legenda : Manusia Ular (Kalimantan Tengah)

http://images.gofreedownload.com/handpainted-cartoon-snake-vector-187578.jpg
Dahulu ada seseorang yang bernama Sangi.Dia adalah seorang pemburu yang tangguh.Sangi pandai menyumpit buruan,Sumpitnya selalu mengenai sasaran.Setiap kali berburu ia selalu berhasil membawa pulang daging babi hutan dan daging rusa.

Sangi bertempat tinggaldi daerah aliran sungai Mahoroi,anak sungai Kahayan.Pada suatu hari sangi berburu dari pagi hingga petang namun tak mendapatkan seekor pun binatang.Keadaan ini membuat ia kesal.Karena hari mulai sore,ia pun pulanglah dengan tangan kosong.Didalam perjalanan pulang ia melihat bahwa air tepi sungai sangatlah keruh.Ini bertanda bahwa babi hutan baru saja minum air di sana.Dugaannya di perkuat oleh jejak kaki babi hutan.

Dengan penuh harapan Sangi terus mengikuti jejak bimatang itu.Benar saja,tak jauh di sana ia menemukan babi hutan tersebut,tetapi dalam keadaan yang sangat mengerikan.sebagian dari tubuh babi hutan itu berada di dalam seekor mulut ular raksasa.Pemandangan mengerikan ini sangat membuat takut Sangi.Ia tak dapat lari sehingga tak ada cara lain kecuali bersembunyi di dalam semak-semak.

Beberapa waktu telah belalu.Ular raksasa itu tak dapat menelan mangsanya.Di coba berkali-kali pun gagal.Akhirnya sang ular menghentikan usahanya.Dengan murkanya dipalingkanlah kepalanya ke arah tempat sangi bersembunyi.Secara gaib,ia berganti rupa menjadi seorang yang gagah.Ia menghampiri Sangi dan memegang lengannya.

Pemuda itu menggertak dan memerintahkan kepada Sangi,”Telan babi hutan itu bulat-bulat karena engkau telah mengintip ular raksasa yang sedang menelan mangsanya.”
“Saya…tapi saya…tidak…bisa”
“Ayo cepat lakukan…”

Denganpenuh rasa ketakutan Sangi melaksanakan perintah itu.Ajaib sekali, ternyata Sangi mampu melaksanakan perintah pemuda itu dengan mudah sekali, seolah-olah ia sendiri seekor ular.
Pemuda asal ular itu berkata bahwa karena Sangi telah berani mengintainya,sejak saat itu pula Sangi berubah menjadi ular jadi-jadian.

“Untuk sementara waktu engkau tak usah risau, selama engkau dapat merahasiakan kejadian ini,engkau tetap dapat mempertahankan bentuk manusiamu.”kata pemuda ular itu.

Pemuda ular itu lalu menghibur Sangi dengan mengatakan bahwa nasib yang menimpa Sangi sebenarnya tak terlalu jelek.Sebab,sejk kejadian itu ia bukan lagi merupakan mahluk yang dapat mati sehingga ia dapat mempertahankan kemudaannya untuk selama-lamanya.Demikianlah Sangi harus menjaga rahasianya ini agar tidak ketahuan orang,termasuk anggota keluarganya sendiri dan anak cucunya.Dengan ini ia berhasil mencapai umur 150 tahun.Akan tetapi keadaan yang luar biasa ini menimbulkan rasa aneh pada keturunannya.Mereka igin mengetahui rahasia kakeknya yang dapat berusia panjang dan dapat mempertahankan kemudaannya.

Oleh karena itu merekapun menghujani Sangi dengan berbagai pertanyaan.Akhirnya karena terus-menerus di desak,Sangi pun terpaksa membuka rahasianya,melanggar larangan berat itu.sebagai akibatnya,sedikit demi sedikit tubuhnya berganti rupa menjadi seekor ular raksasa.Pergantian ini di mulai dari Kakinya.Sadar akan keadaan ini,Sangi menyalahkan keturunannya sebagai nasib buruk yang menimpanya saat ini.

Dalam keadaan geram ia pun mengutuki keturunannya,yang dalam waktu singkat akan mati seluruhnya dalam suatu pertikaian di antara sesamanya.Sebelum sangi menceburkan dirinya ke sungai Kahayan bagian hulu untuk menjadi penjaganya,ia masih sempat mengambil harta pusakanya yang di simpan dalam satu guci Cina besar. Harta pusaka yang berupa kepingan-kepingan emas itu lalu di sebarkannya ke dalam air sungai.Sambil melakukan ini ia pun mengucapkan kutukan yang tersembunyi:

“Siapa saja yang mendulang emascdi daerah aliran sungai ini,akan mati tak lama setelah itu,sehingga hasil emas dulangannya akan di pergunakan untuk mengupacarakan kematiannya”
.
Penduduk setempat percaya kisah ini pernah terjadi.Kepercayaan mereka di perkuat karena di daerah mereka ada anak sungai Kahayan yang bernama sungai Sangi.Menurutbeberapa orang yang sering berlayar dengan biduk atau perahu bermotor,mereka pernah melihatseekor ular raksasa.Kepalanya saja yang berukuran sebesar drum minyak tanah.Ular raksasa itu mereka lihat berangin-angin dai atas bungkah-bungkah batu sungai pada bulan purnama di musim kering.
Selain itu sampai saat ini orang –orang di sana tidak berni mendulang emas di sana yang katanya sebesar biji labu kuning dan terdapat banyak di sana.

Kata Kata Galau Merenung

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjwAI62yuRytkEdgXGcdV18LLrpe6km0gkOCiPPE67G485C6jrAZaz-GBdx7PvPkFuwKeJN_t22tiwVsonzxRygDQpJwn74CeC4P4fv57oKK70iIjwYAIEa-tB6Oq2RxsEsWoO88ZVZslA/s400/ilustrasi+galau.jpg
Bila terlalu rindu dan tak temukan cara untuk mengungkapkanya, aku memilih untuk membaca pesan singkatmu yang masih kusimpan.

Aku butuh pagi setelah gelap hari, aku butuh tempat untuk kudiami. Aku butuh tersenyum setelah bersedih, aku butuh hati untuk disayangi.

kini cobalah tuk mengerti aku lebih dalam, agar kau tahu berartinya dirimu untukku

dan kini cobalah tuk memaafkan salahku yang t'lah hancurkan hatimu

Aku tidak berharap untuk menjadi yang terpenting dihidupmu. Karena itu merupakan permintaan yang terbesar bagiku. Aku hanya berharap suatu saat nanti, jika kau melihat aku. Kau akan tersenyum dan berkata "Dialah orang yang selalu menyayangiku".aku ingin kamu mengerti. Jangan hanya aku yang kamu tuntut untuk mengerti perasaanmu.

Jalanan ke tembok china ku lalui, hamparan samudra pasifik ku arungi, tapi kenapa cinta kita tak kunjung bersemi ?

Kau takkan tahu sbrp tulus ssorg mencintaimu sampai kau melihat sbrp tulus ia mencintaimu dlm kondisi terburukmu

Menanti cinta darimu, sama kayak ngukur jalanan. Seakan tak berujung, namun kau tak kunjung mengerti dan membalasnya.

Ketika kamu membenci seseorang, kamu sedang membuat hidupmu semakin rumit.

Nggk ush kmu mmbri aku hrpan sebsar itu, jika kmu sndiri yg menghncurkan itu dngn sikap mu yg dingin ke aku

Jangan pernah menyerah! Jika Tuhan belum menjawab doamu, itu karena Tuhan punya rencana yg lebih baik tuk hidupmu.

Jalanan terpanjang bukanlah jalan dari sabang ke merauke, tapi jalan ke hatimu ketika kamu masih kepikiran mantan terus.

Kenapa kau tak prnah mengerti prasaan q walaupun q sdah brkorban dmi cnta q ke kmu tetapi mlah kmu memlih dia

Waktu kamu mesra sama aku, aku merasa bahagia banget. Tapi waktu aku lihat kamu mesra sama orang lain, hatiku SAKIT banget.

Maaf bila suatu saat nanti ku sudah tak ada disisimu lagi, bkn karna ku berhenti mencintaimu, tp ku berusaha berhenti saling menyakiti.

Aku harus bertahan untuk menantimu, meski penantian ini begitu berat, kesabaran dalam iman telah menepis kegalauan hatiku

Dalam hidup, orang tak akan peduli berapa banyak yg kamu tahu hingga mereka tahu berapa banyak kamu peduli pada mereka.

Jalanan ke tembok china ku lalui, hamparan samudra pasifik ku arungi, tapi kenapa cinta kita tak kunjung bersemi ?

Kau takkan tahu sbrp tulus ssorg mencintaimu sampai kau melihat sbrp tulus ia mencintaimu dlm kondisi terburukmu

Menanti cinta darimu, sama kayak ngukur jalanan. Seakan tak berujung, namun kau tak kunjung mengerti dan membalasnya.

Ketika kamu membenci seseorang, kamu sedang membuat hidupmu semakin rumit.

Nggk ush kmu mmbri aku hrpan sebsar itu, jika kmu sndiri yg menghncurkan itu dngn sikap mu yg dingin ke aku

Jangan pernah menyerah! Jika Tuhan belum menjawab doamu, itu karena Tuhan punya rencana yg lebih baik tuk hidupmu.

Jalanan terpanjang bukanlah jalan dari sabang ke merauke, tapi jalan ke hatimu ketika kamu masih kepikiran mantan terus.

Kenapa kau tak prnah mengerti prasaan ku walaupun ku sdah brkorban demi cinta ku ke kamu tetapi kamu malah memlih dia 

Selasa, 25 Februari 2014

Mengenang Sendok dan Sedotan

http://www.dewilestari.com/wp-content/uploads/2013/12/Dewi-Lestari-cumicumidotcom.jpeg
Di tengah sawah dan hotel mewah di Ubud, saat saya dan beberapa rekan penulis diminta hadir oleh UNAIDS untuk program pengenalan HIV/AIDS. Saya sempat bertanya dalam hati: adakah titik balik di mana virus mematikan itu dapat menjadi akselerator kehidupan? Dan 'hidup' dalam konteks ini artinya bukan berapa lama kita bernapas, melainkan seberapa bermakna kita mampu memanfaatkan hidup, mortalitas yang berbatas ini? Momen serupa saya alami ketika menghadiri peluncuran buku almarhumah Suzanna Murni, seorang aktivis HIV/AIDS yang mendirikan Yayasan Spiritia.

Saya terenyak dan terhanyut membaca buku Suzanna. Pertama, karena otentisitas dan kejujurannya. Kedua, karena Suzanna adalah seorang penulis yang sangat bagus. Dan kembali saya merenung, HIV bisa jadi hadiah terindah yang didapat oleh Suzanna Murni. Dengan mengetahui keberadaan bom waktu yang dapat menyudahi hidupnya setiap saat, Suzanna menggunakan energi dan waktunya untuk membangun, membantu, dan berkarya.

Sementara kebanyakan dari kita menjalani hari-hari seperti mayat hidup yang bergerak tapi mati, ada dan tiada, tanpa makna dan tujuan, tanpa menghargai keindahan dan keajaiban proses bernama hidup. Saya lalu kembali dihubungi oleh UNAIDS untuk menjadi mentor dalam program pelatihan menulis bagi para ODHA. Dan di sinilah untuk pertama kalinya saya berinteraksi dekat dengan teman-teman ODHA. Sejujurnya, saya merasa tidak perlu mencantumkan keterangan 'ODHA', yang seolah-olah memagari mereka dengan saya atau dengan orang-orang lain. Sama halnya seperti saya merasa tidak perlu mengatakan 'teman-teman leukeumia' atau 'teman-teman hipertensi'. ODHA pasti mati, saya yang bukan ODHA juga pasti mati. Bom waktu itu ada di mana-mana. Kematian adalah jaminan, sebuah kepastian. Caranya saja yang bervariasi, hasil akhir toh sama.
Di sebuah penginapan di Karang Setra, saya berkenalan dengan empat peserta program mentoring. Saya mengamati mereka satu per satu, yang kebetulan semuanya perempuan. Satu bertubuh kecil mungil. Dua peserta lain posturnya jauh lebih berisi ketimbang saya. Satu sedang mengandung enam bulan. Tugas demi tugas mereka lakukan dengan cemerlang, bahkan di luar dugaan. Hanya ada satu program yang kami terpaksa batalkan: menulis di kebun binatang. Pada saat itu isu flu burung sedang santer-santernya di kota Bandung, dan demi keamanan kondisi kesehatan mereka, kami memutuskan untuk tidak pergi. Barulah saya merasakan ada restriksi itu, kondisi-kondisi khusus yang membedakan ruang gerak kami. Selebihnya, tak terasa ada perbedaan sama sekali. Di luar dari isi tulisan mereka, tidak ada kesedihan atau keputusasaan yang terungkap.

Tak seperti reklame tentang ODHA yang selama ini beredar dan mengeksploitasi ketidakberdayaan, terkapar kurus kering kerontang menunggu ajal. Saya hanya berkenalan dengan pergumulan mereka lewat apa yang mereka tulis. Dari sanalah saya mencoba memahami beragam proses yang mereka lewati dengan HIV, terutama implikasinya terhadap semua yang mereka kenal keluarga, teman-teman, kekasih, dan seterusnya. Saat kami mengobrol langsung, yang ada hanyalah tawa. Dan saya tersadar, kekuatan itu bisa hadir karena mereka tahu bahwa mereka tidak sendiri. Konseling, penerangan, aktivitas, dan kebersamaan, dapat menyalakan pelita dalam diri mereka untuk menjadi kekuatan dan bukan menjadi yang terbuang.

Pada malam terakhir pelatihan, salah satu fasilitator berulangtahun dan merayakannya di restoran di Dago Pakar. Sebagaimana hari-hari mentoring, kami asyik mengudap sambil menghadap ke lembah kota yang menyala pada malam hari. Sambil mengobrol dan ketawa-ketiwi, kami mencicip-cicip makanan dan minuman satu sama lain. Hingga kami berpisah, saya kembali ke rumah, dan tiba-tiba telepon genggam saya berbunyi. Sebuah pesan masuk: Mbak, makasih ya buat malam ini. Kami terkesan sekali Mbak mau berbagi sendok dan sedotan dengan kami karena ortu saja belum tentu mau.

Terima kasih sudah menambah kepercayaan diri kami. Lama saya terdiam, memikirkan apa gerangan yang telah saya lakukan. Momen sepanjang di restoran itu rasanya berlalu wajar-wajar saja. Lama baru saya ingat, dalam acara saling coba-cobi tadi, saya telah menghirup minuman dari gelas memakai sedotan yang mereka pakai, lalu mencicip es krim dengan sendok yang mereka pakai. Lama saya termenung, mengenang sedotan yang sekian detik mampir di bibir saya, mengingat sendok yang sekian detik menghampiri lidah saya. Betapa hal kecil yang saya lewatkan begitu saja ternyata menjadi perbuatan besar dan berkesan di mata mereka. Dan barangkali demikian pula halnya dengan rangkaian keajaiban dalam hidup ini. Sering kita berjalan mengikuti arus tanpa sempat lagi mengamati keindahan-keindahan besar yang tersembunyi dalam hal-hal kecil yang kita lewati.

Kita menanti perbuatan-perbuatan agung yang tampak megah dan melupakan bahwa dalam setiap tapak langkah ada banyak kesempatan untuk melakukan sesuatu yang bermakna. Jika saja virus itu tidak ada dalam darah mereka, perbuatan spontan saya tidak akan berarti. Saya mungkin tidak akan dikirimi pesan itu, dan saya tidak akan merenungi hal ini. Pertanyaan saya di Ubud terjawab dengan sebuah pengalaman. Pada satu titik, virus itu telah menyentuh hidup saya. Menjadi akselerator kehidupan saya. Bukan untuk memperlama denyut jantung, tapi mengajarkan saya bahwa hidup itu amat berharga dan selalu kaya makna, andai saja kita memilih untuk mengetahuinya. Suzanna Murni tahu hal itu. Demikian pula para peserta mentoring tadi. Saya hanya berharap mereka terus mengingatnya, demikian juga kita. Pesan singkat itu dikirim tanggal 13 Mei 2006, dan masih saya simpan hingga hari ini.

(DEWI LESTARI)

Senin, 24 Februari 2014

Puisi : Celotehan Amblas

http://kerajaankatakata.files.wordpress.com/2011/08/celoteh.jpg
Kritikanmu bagaikan api yang membara
Panasnya tiada  tara
Pekerjaanmu sebagai pengacara
hah, pengangguran banyak acara ?

Berbagai artis yang telah kau kritik
Buatku tertawa tergelitik
Sekaligus sebal ingin mencekik

Kau selalu berkicau di twitter
Sensasimu seperti orang laper
Kau bicara seperti presenter
Tapi omonganmu tak seperti orang pinter

Haduh, dirimu itu
Apa kau tak  malu
Dengan sikapmu itu
Dengan Sebuah Celotehan
Yang tak pandang bulu

Kata Kata Untuk Sebuah Renungan

Walaupun bukan kata kata melainkan renungan, ini di share kan oleh ayah saya di Facebook, karena saya rasa bagus dan bisa buat renungan ya saya share aja disini, hehehe :)

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhbClz-ldoUGvVnhJ1zDUkcbdi9Dh-V0rKtgZEweX2U83-0KaNqSZo3YkmGQg5Sp0xi5B3cdUQVx7wO_1aHobgqcrmnVRohhQX6Hx9iPIp4HXwIA2OaBIv9-OeQSraaRMAjInnkSNwhjo0/s1600/sangat+berharap.jpg

 Aku minta kepada Allah setangkai bunga yg indah & segar .. tapi Allah memberiku kaktus yg berduri..

Aku minta kpd Allah binatang yg mungil dan lucu.. tapi Allah memberiku ulat berbulu..

Aku sempat bingung dan bertanya dalam hati.. Kenapa Ya Allah kok begini..??

Seiring bergulirnya waktu.. SUBHANALLAH kaktus itu berbunga indah menawan.. dan ulat pun berubah menjadi kupu-kupu yg cantik memukau..

Oooh... ternyata itulah penyelenggaraan Allah

Allah tidak memberi apa yg kita HARAPKAN, namun Allah memberikan apa yg kita BUTUHKAN. :)

Puisi : Selamat Tinggal Kegelapan (SUSILO BAMBANG YUDHOYONO)

 http://rri.co.id/Upload/Berita/SBY_27.jpg

Kutengadahkan tangan
di malam hari,
sendiri
dalam sunyi

Entah berapa banyak luka yang kutahan
dan koyaknya hati ini
ketika mereka memaki
menusuk dan merobek jantung harga diri
dalam amarah,
dan terkadang dengki

Tapi, apapun, harus kujalani
mengajak dan menuntun mereka
untuk terus mendaki,
atau mengarungi lembah-lembah sunyi penuh duri
dan menembus ombak tinggi ganasnya laut lepas

Karena aku tahu, jalan ini benar
buat mengucapkan
selamat tinggal kepada kegelapan,
dan terus melangkah
ke ujung cahaya terangnya kehidupan

Kata Kata Mutiara, di Sore Hari Ini

Berfikirlah untuk bisa meraih sukses, dan jangan berfikir untuk meraih keuntungan untuk diri sendiri.

Jengan melihat keatas, tapi lihatlah kebawah, dan jangan pernah lihat ke bawah tapi lihatlah yang diatas.

Sucikanlah wajahmu dengan sentuhan sentuhan air wudlu, dan tenangkanlah fikiranmu dengan bacaan-bacaan alqur’an.

Bersabar untuk sebuah perjalanan, maka kesuksesan akan menghampiri dengan sendirinya, Karena kesuksesan adalah sebuah perjalanan bukan tujuan.

Kita hidup tentunya bukan kemauan, tapi kita hidup untuk bisa mensyukuri apa yang diberikan sang kholik.

Jangan meminta kepada tuhan jika kita selalu meninggalkan perintahnya, tapi jika kita melakukan semua perintah yang diperintahkannya maka, meski kita tidak memintanya tuhan akan mengabulkan.

Keberhasilan bukan hasil daripada poya-poya, tapi keberhasilan hasil dari pada kerja keras kita.
Jangan pernah menganggap kesuksesan karena kerja kita, tapi bersyukurlah kepada yang diatas yang telah member kita kesuksesan.

Dalam ikhlas ada saat yang dapat menyelamatkan manusia dalam semua kehidupan.
Tak perlu menunggu menjadi hebat untuk meraih apa yang kita inginkan.

Ketika kehidupan tidak kamu jalani dengan penuh kesungguhan, maka kamu akan menjalaninya dengan penuh kelemahan.


Selalu jujur, karena kebebasan milik mereka yang jujur dan bijak. Orang yang berbohong tak bisa bebas, karena terperangkap kebohongannya.


Syukurilah kesulitan. Karena terkadang kesulitan mengantara kita pada hasil yang lebih baik dari apa yang kita bayangkan.

Sesuatu yang belum dikerjakan, seringkali tampak mustahil , kita baru yakin kalau kita telah berhasil melakukannya dengan baik. 

Ingatlah, ketika kamu memutuskan berhenti untuk mencoba, saat itu juga kamu memutuskan untuk gagal.


Hidup bukan tentang mendapatkan apa yang kamu inginkan, tetapi tentang menghargai apa yang kamu miliki, dan sabar menanti yang akan menghampiri.

Seorang teman yang bijak tak akan mengecilkan impian temannya yg lain. Tapi sebaliknya, dia akan membantu mewujudkan semua impian temannya itu.

Orang-orang yang paling berbahagia tidak selalu memiliki hal-hal terbaik, mereka hanya berusaha menjadikan yang terbaik dari setiap hal yang hadir dalam hidupnya.

Jangan terus-terus tenggelam dalam kesedihan. Senyumlah, senyum untuk menjemput kebahagiaan, jangan menunggu bahagia baru tersenyum.

Mulutmu harimaumu. Kata kata yang keluar dari mulutmu mencerminkan kualitas dirimu.

Tak seorang pun punya kemampuan tuk melakukan hal sempurna, tapi setiap orang diberi banyak kesempatan tuk melakukan hal yang benar.


Berhentilah menghakimi masa lalu seseorang. Lebih baik berdirilah disampingnya, bantu dia memperindah masa depannya.

Tak ada kata terlambat tuk berubah, kesalahan apapun yang pernah kamu buat di masa lalu, kamu bisa menjadi seseorang yang baru saat ini.

Setia adalah kesopanan yang hanya dimiliki oleh orang yang ingin membahagiakan masa depannya. 

Meski pernah terluka, jangan pernah berhenti mencinta, layaknya balita yang baru belajar berjalan, pasti awalnya akan ada luka yang sakit.

Pada waktu anda memberi ruang di hati anda untuk kebencian, maka anda sebenarnya sedang memberi pupuk bagi penderitaan batin.

Orang terkuat bukan mereka yang selalu menang, melainkan mereka yang tetap tegar ketika mereka jatuh.
Mengukir prestasi itu mudah, tetapi mempertahankan prestasi itu yang sulit.

Lakukanlah yang terbaik dalam sebuah kesempatan. Karena mungkin itu kesempatan terakhirmu, yang tak akan bisa kamu dapatkan lagi selamanya.

Setiap pekerjaan dahulukan dengan doa, niscaya akan lancar.

Menyabut paku yang tertancap pada kayu tidaklah cukup, karena tancapan paku tersebut masih menyisakan lubang. Mengampuni saja tak cukup jika tidak memperbaiki hati.

Mengucapkan kata kata lebih mudah dibanding bertindak. Karenanya, orang yang bijak adalah orang yang mampu mebuktikkan ungkapannya.

Cinta yang baik juga harus bisa membuatmu menjadi lebih baik dari sebelumnya. Bila cintamu membuat hidupmu lebih buruk, maka jangan takut untuk melepaskannya pergi.

Ada dua perkara yang tidak lepas dari dusta, yaitu terlalu banyak berjanji dan terlalu keras mencari sebuah alasan.

Si Kabayan Jadi Hakim

sebenernya sih ini drama, tapi kok malah cerpen, alah gak apa apa lah, hehehehe
Si Kabayan Menjadi Hakim
 http://profile.ak.fbcdn.net/hprofile-ak-snc4/49541_100000448357879_8599_n.jpg
Aki sahri membawa ikan emas yang besar, membawa alat terus memanggil Nini unah.
Aki sahri    : Nini !nini! lihat kesini, aki membawa apa ?
Nini unah datang dari dalam rumah
Nini unah   : wah, ikan emas ! hasil memancing ini the. Aki ?
Aki sahri    : iya, memang apa lagi ? gak mungkin beli, ini buktinya, pancingan dan sisa umpan
Nini unah   : sudah lama kita tidak memakan ikan emas, kita goring saja ya aki? Sampai garing, kebetulan masih punya minyak
Aki sahri    : mau juga dipepes, nini, seperti tidak biasa ikan mas besar, kalau digoreng tidak mau garing
Nini unah   : jangan sok tau sama perempuan mending digoreng biar cepat, mudah lagi, tinggal di cuci, tinggal dipotong, kasih garam sama asam, langsung digoreng, tidak seperti dipepes harus ambil daun pisang dulu, lama kan perut udah lapar !
Aki sahri    : mending dipepes ! dalemannya dipisahkan lalu dipepes sama nasi, katanya harus metik daun biar saya yang metik.
Nini unah   : mending digoreng, dasar aki aki
Aki sahri    : dasar nenek nenek malas !
Nini unah   : ih siapa yang malas ?
Aki sahri    : emang bener malas, disuruh pepes ikan juga gak mau,apa susahnya ? tinggal dibungkus pake daun terus dimbun pake abu !
Nini unah   : abunya juga dingin ?
Aki sahri    : apa susahnya tinggal nyalain api, sekalian masak nasi, kayu bakar banyak beras ada, sekali kali bikin senang suami
Nini unah   : iya, situ senang saya disini kecapean
Aki sahri    : pokoknya kata saya pepes, pepes ! dimana mana juga seorang suami harus taat pada suami
Nini unah   : suaminya saja mau menang sendiri, tidak sayang istri, terus saja ngasih kerjaan ! nyeduh kopi, masak nasi, cuci baju, cuci piring, hidup belum merasakan kesenangan
Aki sahri    :itu malah cerita yang enggak enggak, kalau bilang kecapean apalagi saya lebih cape, setiap hari banting tulang harus mencari nafkah, kamu mah sudah tau ada tidak perlu keluar rumah
Nini unah   : banting tulang bagaimana ? tetap saja susah

Lagi begitu datang si kabayan dan nyi iteung lewat mendengar orang yang bertengkar, mereka lalu menghampiri

Kabayan    : ada apa ini rame sekali ?
Aki sahri    : ini kabayan, nini nini kurus Cuma disuruh pepes ikan gak mau !
Nini unah   : kamu kakek kakek kurus ! malah lebih kurus, kuruuus banget
Nyi iteung  : sudah sudah ! mempermasalahkan apa sebenarnya
Aki sahri    : saya pulang mancing, kebetulan dapat ikan emas besar, saya mau dipepes, sebab kata orang ikan emas lebih enak dipepes pake bawang, pake salam, pake sereh, dan pake kemangi, dalemannya dipisah, dipepes pake nasi !
Nini unah   : digoreng juga enak, sampai garing
Aki sahri    : tuh kan kabayan dasar nenek nenek pemalas, ! mau mudah saja tinggal masukin saja ke dalam minyak panas
Nini unah   : aduh, udah bilang malas lagi !
Aki sahri    : kan benar, mana begitu juga malas betul tidak kabayan ?
Kabayan    : sudah sudah ! stop stop, malu kan sudah pada tua, ini gara gara ikan kurang ajar, supaya tidak terus terusan, bagaimana kalau begini sekarang mah..
Aki sahri    : ini bagaimana, kabayan ?
Kabayan    : agar tidak bertengkar lagi lebih ikan mas ini kita, kalau sudah tidak ada aki dan nini tidak bertengkar lagi, ibarat penyakit, kalau sudah dibuang penyakitnya langsung sembuh
Nini unah   : Benar juga kek, kata si kabayan..
Kabayan    : gak mungkin salah kabayan…
                   Apa artinya ikan mas ? mau digoreng atau di pepes, gak mungkin enak kalau buat pertengkaran…
Aki sahri    : iya, yah kabayan, Cuma gara gara ikan mas aki dan nini jadi bertengkar, iya lebih baik dibuang, ya nek, ikan kurang ajar..
Nini unah   : benar, mending buang sampai jauh jauuuh,. Jauuuh..
Nyi iteung  : kalau urusan buang ikan biar saya urus. Nini dan aki diam saja dirumah, percayakan ke saja, saya buang jauh….jauh… supaya tidak bisa pulang lagi kesini
si kabayan dan nyi iteung pun pergi dan berpura pura membuang ikan tersebut, tetapi mereka malah 
membawa pulang ke rumah dan menggorengnya :D